Catatan Kecil ( Aku Butuh Sendiri )

MS Wijaya
4


  
Minggu pagi aku masih menggeliat-geliat diatas kasur. Mencari bantal dan selimut yang sudah tidak pada tempatnya seperti semalam saat aku mulai terlelap dengan mereka masih lengkap berada disisiku.

Rasanya malas sekali aku untuk terbangun(lagi) hari ini. Seketika pikiranku disibukkan oleh masalah-masalah yang tak berhenti bermain dikepalaku. Membuatku makin pening, dan ingin terlelap lagi untuk mengusir masalah itu pergi.

Tapi mataku malah mendustaiku dan membuatku tetap terjaga. Kuraih handphone yang berada dibawah bantal untuk sekedar mengtahui ada kabar apa gerangan dari grup-grup yang aku ikuti, sambil terus mengerjap-ngerjapkan mata yang masih belum stabil terkena cahaya mentari.

Ada beberapa chat Jalur pribadi yang aku tak berniat untuk membukanya, apalagi membalasnya. Aku mencoba memanjat obrolan di grup yang selalu ramai itu. Aku juag tak berniat untuk ikut didalamnya. Ku dengar sayup-sayup obrolan diluar kamar antara kakakku dan Bapak yang sedang bercakap via telpon. Bapak sedang sibuk mengurus acara lamaran adikku(adik tepat dibawahku yang baru lulus tahun lalu), ya katanya adikku akan menikah lebaran haji ini. 

Sedangkan aku?? Ahh sudahlah aku belum mau memikirkan itu, bagiku perjalananku masih jauh untuk membangun keluarga. Aku belum siap lahir batin. Yang ada dipikiranku saat  ini adalah bagaimana aku harus lulus tahun depan menjadi wisuda dan menjadi contoh untuk kedua adikku yang masih sekolah agar mereka bisa melanjutkan studynya menjadi sarjana. 

Entah perasaan dongkol makin menggerogoti begitu teringat semalam yang mendapatkan perlakuan yang agak menyinggung perasaanku. Aku merasa kebaikanku selama ini dipermainkan oleh mereka.
Aku coba mengusir rasa kesal yang menumpuk dengan menonton film Thailand yang baru ku download, biasanya aku terhibur dengan film-film thailand. Tapi tidak kali ini, mungkin karena filmnya yang agar sedih dan sesuai seperti diriku tokoh utamanya, aku makin terpuruk jadinya.

Aku lihat handphoneku ada notifikasi dari grup belajar yang mengingatkan untuk pembelajaran hari ini jam satu siang seperti biasa. Aku tak juga menghiraukannya, pikiranku sedang tak bisa diajak berkonsentrasi dan bersosialisasi hari ini. Segera saja handphoneku ku ubah menjadi Mode terbang, agar tak ada sms, telphon apalagi chattingan-chattingan masuk ke handphoneku.

Aku lihat langit diluar ternyata sudah hujan sejak tadi. Tirai-tirai hujan membasahi bumi, membuat genangan air dimana-mana. Sepertinya langit ikut merasakan apa yang kurasakan.

Kulihat jam di laptopku sudah menunjukkan jam satu siang. Aku belum shalat Dzuhur, segera ku kamar mandi  setelahnya berwudhu dan menunaikan shalat barang kali hati bu bisa tenang setelah shalat. Seusai shalat hatiku agak baikan, Hujan diluarpun sudah tak deras hanya sisa-sisa gerimuis masih menggelayut disana. Segera ku ganti baju dan mengambil ranselku dan pergi keluar rumah tanpa membawa motorku. 

Sudah lama aku tak berjalan kaki sejak ada motor, aku merindukan berjalan kaki sepertinya. Biasanya aku kalau sedih suka berjalan kemana saja tak tentu arah sambil mendengarkan lagu mellow dari handphone. Aku langkahkan kakiku ke jalan besar dan menyetop metro mini kearah blok M lalu dari sana lanjut menaiki busway menuju senen. 

Aku berjalan menyusuri senen yang tampaknya tidak hujan, karena jalanan disana kering tanpa ada bekas genangan air sisa hujan. Kulihat para pedagang baru saja membuka lapaknya, kebanyakan pada pedagang baju bekas import yang dijual mulai dari Rp 5000 hingga Rp 50.000.

Tujuanku hanya satu, toko buku langgananku semoga saja tidak tutup. Aku terus menyusuri pasar senen yang dipadati pedagang dan pembelinya. Sesekali menegok barang yang dijajakan tapi tak tertarik sama sekali. 

Sesampainya disana sedikit lega karena toko buku langgananku masih buka segera saja aku mencari buku yang ingin kubeli, sayangnya dari tiga buku yang kucari hanya dapat satu saja. Hemm ya sudahlah, mau bagaimana lagi. Karena tak ada apa-apa lagi yang aku ingin beli segera kulangkahkan kakiku menuju masjid dibelakang pasar Senen dan beristirahat disana sambil menunaikan shalat Ashar. 

Sesekali membuka handphoneku dan merubahnya ke normal mode takutnya ada chat penting. Beratus-ratus chat dari grup atau jalur pribadi langsung banyak yang masuk ke handphoneku aku membelas sekenanya saja.
Lalu pergi kembali ke halte busway untuk pulang. Entah pulang dalam definisi yang mana? Aku masih bingung dengan definisi kata “pulang” dan “rumah”.

Post a Comment

4Comments

  1. Replies
    1. nggak knapa-knapa mba Lisa, cuma agak kesel hahaha

      Delete
  2. Bang ian bintangnya APA sih...
    Nah lo gagal fokus klo ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha saya mau diramal mba?? saya Virgo mba wid.

      Delete
Post a Comment