Tersesat

MS Wijaya
34

Kita tidak pernah tahu betul pada siapa hati ini menentukan pilihan. Terkadang, ia menentukan lewat seringnya pertemuan yang terjadi, hingga rasanya hampa saat ia tak ada. Atau hati akan menentukan pada orang asing, namun tak sepenuhnya asing. Bisa saja ada sesuatu yang kita kenal dalam dirinya, karena memang sudah di gariskan untuk kita sehingga hati ingin memilihnya. Bukankah sejauh apapun kedua orang yang diikat takdir, tetap akan menyatu pada satu titik kelak. Lalu mampu berjalan saling beriring, tanpa saling menjauh kembali karena telah menemukan satu tujuan. Walaupun pada awalnya harus berputar jauh dahulu atau bahkan tersesat.

Seperti aku dan dirimu kini, yang dipersatukan oleh sebuah kalimat “Asalkan nyaman” benarkah nyaman rasanya? Apa kau merasakan apa yang kau katakan kala itu?? Aku benar merasa nyaman kini dan ingin selamanya. Bertukar canda lalu tertawa. Bertukar perhatian; saling menyapa mengucap selamat pagi, siang,sore malam dengan bonus selamat tidur. Bertanya apa sudah makan, makan apa? Pertanyaan komunal untuk pemadu kasih, benarkah kini kita bisa dikatakan sepasang kekasih hanya dengan kebiasaan seperti itu? Menurutku ya, karena aku baru mendapatkan itu darimu dan belum pernah sebelumnya. Hingga aku merasakan euforia yang mengelitik diperutku. Bahagia dengan sapaan-sapaan yang kelak menjadi hal biasa dan pertanyaan sudah makan itu? yang rasanya akan membuatku segera tumbuh besar alias gendut karena terlalu sering diingatkan.

Pagi, lagi apa kamu?. Sebuah pesan masuk ke dalam handponeku. Aku tersenyum, sapaan pagi khas yang mampu membuatku tersenyum sepanjang hari. Aku tak langsung menjawab,  menerawang sekaligus meyakinkan ini bukan hanya imaji bebas sebebas saat di minta mengarang saat pelajaran bahasa Indonesia.

Jangan Lupa makan siang ya. Pesan itu datang tepat jam dua belas siang, seperti alarm yang disetel tanpa peduli sedang hujan, hingga badai sekalipun pesanmu akan selalu datang. Mengingatkan seakan aku adalah pasien yang pikun untuk meminum obatnya.

Seperti inikah rasnya khawatir yang sering dikatakan berlebihan para lelaki, dan aku sempat mengatakanya pula pada temanku. Saat itu ia begitu mengkhawatirkan pesannya yang belum juga di balas oleh kekasih barunya. Hingga ia uring-uringan, kesal sendiri bahkan lebih parah efeknya saat datang tamu bulanan. Rasanya serba salah, ingin berteriak dan memaki namun aku pula harus ingat, mungkin ia memang sedang sibuk. Bukankah ia juga hidup seperti manusia biasa, bukannya robot yang di rancang untuk menjawab semunya sesuai jadwal atau keinginan. Mungkin ia sedang sibuk.

Satu jam, dua jam ku tunggu, hingga delapan jam kemudian kau baru membalas pesanku. Mengatakan alasanmu tak membalas dengan segera seperti biasa. Padahal aku tak meminta. Namun satu yang kurasa, ada sesuatu yang hilang! Semua pesanku selalu kau balas dengan singkat bahkan terlalu telat untuk di balas. Dan aku sadar bahwa saat ini kita sudah tak satu tujuan dan ternyata aku kembali tersesat.

#onedayonepost #tantanganODOP #temaseharihari

Pic by pinterest
Tags

Post a Comment

34Comments

  1. Mantaaap...Semakin tersesat rasa itu akan semakin nyata...Sukses tersesat dalam sebuah rasa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha iyya kang, tapi nanti saya gak bisa pulang nah loh..

      Delete
  2. Hai, kak. Boleh koreksi dikit ya 😁

    di ikat = diikat
    "Asalkan nyaman" = huruf A nya gak usah kapital
    Pagi, lagi apa kamu?. = tanda titiknya gak perlu, karena (?) sudah ada titik di bawahnya

    Kalimat dalam satu paragrafnya juga masih kepanjangan. Hee mungkin bisa dikasih koma atau dibuat jadi 2 kalimat.

    Seperti di kalimat ini:
    Bukankah sejauh apapun kedua orang yang di ikat takdir tetap akan menyatu pada satu titik kelak dan berjalan saling beriring tanpa saling menjauh kembali karena menemukan satu tujuan. (Ngos-ngosan gak bacanya? 😁)


    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kesalahan ejaan, di gariskan, di ikat, di balas. Harus digabung Mas. Hihi...

      Delete
    2. Wahh makasih koreksi EBI-nya Kak Dian dan Mas Suden.. Noted..

      Delete
  3. semoga cepat ingat jalan pulang agar tak terlalu lama tersesat *eh apa sih wkwk

    keren ka ian, menggambarkan keseharian yg sedang pedekatean :D

    ReplyDelete
  4. Tidakkkkk, aku tak mau tersesat 😱😱😱😱

    Rasanya benar2 nyata.

    ReplyDelete
  5. Majanya rajin"lah bertanya biar gk tersesat

    ReplyDelete
  6. Makanya rajin"lah bertanya biar gk tersesat

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha iya pak males bertanya saya, karena takut di culik.

      Delete
  7. Bacanya sambil mesem 😂
    Bnarkah kita bisa dikatakan sepasang kekasih hanya dengan kebiasaan seperti itu??

    Kok ngena yaah, jleb bgt ke ati hihihi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. nggaka apa-apa ren mesem, yang nggak boleh sambil merem baru nggak boleh. nggak keluatan soalnya wkwkwk

      Delete
  8. Tulisan yang pas buat seseorang yang aku kenal :)

    ReplyDelete
  9. Jangan lupa mandi sore mas Septian, hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwk iyya mas yan. entar mandi air banjir :v

      Delete
  10. Tersesat dalam hatimu
    Tian, you always puitis and baperlicious

    ReplyDelete
  11. "Bukankah sejauh apapun kedua orang yang diikat takdir, tetap akan menyatu pada satu titik kelak. Lalu mampu berjalan saling beriring, tanpa saling menjauh kembali karena telah menemukan satu tujuan. Walaupun pada awalnya harus berputar jauh dahulu atau bahkan tersesat" suka banget dengan kalimat ini euy, gak tau kenapa. Hihiih

    ReplyDelete
  12. Jadi, "aku" itu perempuan? #Fokus

    ReplyDelete
  13. Berarti belum berjodoh dan belum waktunya 🙊

    ReplyDelete
  14. Baca ini kok saya rad-rada nyengir sendiri. Kata sudah makan belum? Ooh rasanya itu kata-kata wajib untuk sepasang kekasih untuk memulai percakapan.
    Menggelitik, tapi ok.
    Kayaknya tuh pacar kagak punya ide lain untuk memulai percakapan.

    ReplyDelete
  15. Saya jadi penasaran, anak ODOPkah yang mengirim pesan itu?
    Hhhhh =D

    ReplyDelete
  16. Hahaha jangan tersesat lagi... ^^

    ReplyDelete
  17. Keren bang Ian. Bahasanya enak dibaca.

    ReplyDelete
Post a Comment