Yuganta Part 3 - Sky

MS Wijaya
9


Aku terbang. Lebih tepatnya melayang, secara teknis terbang adalah sesuatu hal yang dilakukan dengan usaha. Baik menggunakan mesin atau hentakan sayap secara konstan. Tapi aku saat ini hanya melayang, seperti gravitasi bumi hilang begitu saja dan aku menjadi ringan seperti balon gas. Dibawahku jalanan terlihat lenggang, karena sudah memasuki waktu maghrib. Di kotaku selalu sepi saat jam seperti ini, dibawah sepedaku ringsek. Penyok disana-sini. Bahkan jari-jari sepedaku sudah tidak ada yang lurus.

Entah akan jadi apa aku jika saja aku ikut tergilas. Aku hqruw segera pulang, pasti ibu kuawatir. Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah, jika ada orang yang memergokiku melayang seperti ini. Bisa-bisa aku dikira hantu kuntilanak, hantu wanita yang suka berdiam di pohon besar.

Lalu bagimana aku harus turun sekarang?

Turun
Down
Jatuh

Ujarku dalam hati, mencoba untuk memerintahkan tubuhku kembali turun. Barangkali dengan mantra atau perintah seperti itu, akan membuatku kembali menjejak bumi. Tapi sia-sia, aku masih melayang sekitar 10 meter dari atas tanah. Kakiku terus berontak sekaligus mengepakkan kedua lenganku, mencoba menggapai tanah dibawahku, atau setidaknya ujung pohon mangga yang terdekat denganku. Tetap, aku seperti layangan tersangkut di tiang listrik tak kasat mata.

Aku mencoba melemaskan otot-ototku yang menegang dan menenangkan pikiranku. Ayo turun, ayo turun, ayo turun aku mengulangnya dalam hatiku seperti sedang berzikir. Perlahan tapi pasti, tubuhku menjadi berat dan seperti tertarik kebumi. Begitu aku menjejak bumi, aku lanhsunh bersimpuh menciumi tanah dibawahku. Aku tidak peduli dengan kotornya tanah. Aku merasa lega, tidak melayang seperti tadi. Ternyata terbang tidak seindah yang kubayangkan, atau se indah dimimpiku yang bisa aku kendalikan sesukanya.

Segera aku mengambil sepeda yang cukup jauh dan sudah tidak berbentuk sepeda lagi. Penyok sana sini terutama bannya, jari-jari sepedanya sudah tak karuan, beberapa ada yang sampai putus keluar dari tempat semestinya. Mesis yang aku letakkan di keranjang depan, masih disana. Karena terjepit oleh sisi keranjang depan. Sepanjang perjalanan pulang aku menyeret sepedaku itu, dan segera masuk lewat pintu belakang. Menyembunyikan sepedaku di gudang, jika ditanyakan ibu atau ayah kenapa sepedaku bisa sampai seperti ini? Aku akan memikirkannya besok saja.


Post a Comment

9Comments

  1. Intinya jatuh dari sepeda ya? Hehehe

    ReplyDelete
  2. Kalau terbang awas jatuh. Heheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha... iya ini pengen jatuh nggak bisa.. ><

      Delete
  3. Punya ilmu meringankan tubuh ini...:)
    Coba tulisannya dibuat rata kanan kirinya, kan lebih rapi....:)

    ReplyDelete
  4. lucu-lucu kak, imaginasinya luwar binasa eeeh luwarbiasa

    ReplyDelete
Post a Comment