THE SLEEPERS CHAIR’S

MS Wijaya
0

                  
Langit pagi hari ini sangat buruk, awan hitam menyelimuti langit dan bersiap memuntahkan air yang tak terkira. Awan hitam juga menghalangi sinar mentari pagi yang seharusnya bersinar cerah. Udara dingin yang menyelimuti pagi, lantas tak membuat para siswa dan siswi SMA PELITA 10 yang tengah belajar menjadi malas untuk menimba ilmu dari sang guru.
Kecuali seorang siswa dikelas 1.3 yang kini duduk dengan tenang, kedua tangannya menopang kepalanya yang berat, matanya telah lama terpejam.
“ADIIIIITT!!” panggil Bu Risa guru matematika setengah berteriak, Adit yang dipanggil-pun masih  terlelap dalam buaian mimpi indahnya, detik berikutnya kapur yang Bu Risa pegang  sudah meluncur dengan kecepatan 100 kilo/jam tepat mengenai wajah Adit. Adit Yang terkena lemparan kapur dari Bu Risa bukannya terbangun dari tidurnya malah dengan tanpa dosa ia merubah posisi tidurnya dengan posisi mengukur meja.
Bu Risa makin kesal melihat Adit yang seakan-akan menantangnya, tanpa menunggu detik berikutnya Bu Risa bersiap meluncurkan penghapus papan tulis yang terbuat dari kayu, Danu yang duduk dibelakang Adit segera membangunkan Adit yang masih terlelap. Sontak Adit terbangun dan menguap lebar dan tak tertahankan lagi, tanpa pertahanan yang kuat disisi adit dan “GOOOOLLLL!!” penghapus papan tulis itu masuk kedalam mulut Adit dengan tepat. Adit kaget bukan main mendapat sarapan penghapus kayu yang keras itu.
Riuh gelak tawa anak kelas 1.3 menggelegar seantero sekolah SMA PELITA 10. Adit nyengir menahan malu dan takut melihat tatapan Bu Risa yang melotot dan menandakan ia harus menghadapnya lagi saat jam istirahat. Mungkin tahun depan Adit akan mendapatkan penghargaan piala guru BP, karena sering keluar masuk ruang BP dan ruang guru karena masalah sering tertidur dikelas. Padahal dulu saat ia duduk di bangku SMP tak pernag sekalipun Adit tertidur dikelas jangankan tertidur, ngantuk pun tidak.  

Adit dulu dikenal anak yang rajin dan pintar terutama dalam bidang eksak.tapi semenjak disemester kedua ini ditahun pertamanya si SMA dan dikelas ini, ia jadu sering tertidur. Tidak hanya saat jam pelajaran Bu Risa tapi hampir semua pelajaran sampai-sampai banyak guru-guru yang mengeluh terutama pada Bu Risa yang memang wali kelas Adit. Selebihnya guru-guru lain tak mau ambil pusing dan sebagian memakluminya atau dengan segera mereka dengan senang hati menyuruh Adit keluar kelas.
*******
“kenapa sih gue sering banget tidur dikelas?” Adit bertanya pada dirinya sendiri. Ia berpikir keras, memutar otaknya untuk mencari penyebab ia sering tertidur saat jam pelajaran atau ada sesuatu yang salah pada dirinya? Padahal ia selalu berusaha menahan rasa kantuknya dengan sekuat tenaga, tetapi ia selalu kalah dengan rasa kantuknya. Segala cara telah ia tempuh, dari mencuci muka di setiap ia merasa mengantuk sampai menampar wajahnya sendiri. Teman-teman dan guru-guru juga heran pada Adit. Ia juga sempat mengikuti saran guru biologinya dari untuk mengurangi jatah sarapannya sampai  meminum obat cacing  yang membuatnya sakit diare tiga hari. Padahal ia tak pernah bergadang sama sekali atau-pun tidur diatas jam 10 malam.

Untung guru-guru Adi sangat pengertian setelah melihat segala daya dan upaya yang ditempuh Adit untuk mengatasi masalah tidurnya, kecuali Bu Risa guru killer yang tak punya rasa toleransi “Tidur, berarti melanggar peraturan dan sama saja melecehkan pelajaran. Yang tidak tidur saja belum tentu mengerti! Apalagi yang tidur” bentak Bu Risa waktu itu. Beruntungnya hari ini Bu Risa hanya melempar kapur dan penghapus papan tulis. Mungkin kalau Adit belum bangun juga sepatu hak tinggi Bu Risa ikut melayang diudara dengan bebas atau yang lebih parahnya lagi kursi, meja, atau papan tulis. (Wonder women kali ya  Bu Risa!) karena kebiasaan tidurnya ia menjadi rajin meminjam catatan Riva anak ter-rajin dikelasnya  sehabis pulang sekolah untuk menyalinnya.
                 

“Mungkin gue harus pindah duduk di depan kali ya, biar gak terlalu ngantuk” Adit akhirnya memutuskan. Keesokan harinya Adit memohon pada Ali pindah kebelang temapat Adit untuk beberapa jam pelajaran. Dengan berat hati Ali pindah ke belakang. Jam pelajaran demi jam pelajaran telah berganti hanya tinggal menunggu detik-detik kemenangan yaitu istirahat. Aneh bin ajaib Adit tidak tertidur sma sekali. Adit senang bukan main, teman-teman dan guru Adit yang mengajar saat itu heran minta ampun. Terutama Bu Risa yang sangat senag  melihat perubahan Adit. Mungkin gara-gara ia memakan penghapus papan tulis kemarin piker teman-temannya.
Tapi justru jadi kebalikan dengan Ali yang kini duduk dibelakang tempat Adit duduk, ia jadi sering tertidur. Esoknya Adit kembali duduk ditempatnya semula, pelajaran biologi ia sudah tertidur dua kali, lalu ia mencoba pindah tempat duduknya. Sekarang ia bertukar dengan Nia yang duduk didepannya. Anehnya Adit merasa segar bugar, no sleepy apalagi sleeping beauty. Sebaliknya dengan Nia.
*******
“Ko!! Kayaknya gue tau sekarang kenapa gue bias tidur melulu kalo dikelas” ujar Adi mantap pada Iko saat sedang dikantin.
“Kenapa Emangnya Dit?” Iko penasaran juga mendengar pernyataan Adit.
“Gue yakin karena kursi yang gue tempatin selama ini, kalo nggak percaya coba aja duduk di tempat gue!” Adit menjelaskan. Memang kalau di ingat-ingat sejak ia duduk ditempatnya itu ia jadi sering tidur. Iko hanya manggut-manggut antara percaya dan nggak.
Saat jam istirahat berakhir Adit dan Iko segera kembali ke kelasnya. Iko mencoba duduk ditempat Adit untuk membuktikan kebenaran yang tadi Adit bilang. Benar saja Iko tertidur dengan sukses. Dengan mantap adit dan Iko meyakinkan teman-teman sekelasnya tentang bangku angker yang bisa menyebabkan tidur bukan kanker. 

Anak kelas Adit percaya tidak percaya, lagi pula agak kurang masuk akal mana mungkin ada kursi yang bisa buat kita tidur? Sebagian lagi percaya karena Ali yang mengompori dengan asumsi yang ia buat secara hiperbolik ditambah lagi bulan lalu sekolahnya dijadikan lokasi syuting film “Hantu Bangku Bolong”. Adit, Iko, Ali dan Nia segera melaporkan kesimpulan yang diambil Adit tentang bangku angker yang bisa membuat siapa saja tertidur.

“Mana ada yang begituan? Ngaco aja kamu. Bangku kok disalahin!” pak kepsek nggak percaya.
“Ya ampun pak beneran. Suer deh pak, eh suer!” Adit keukeuh.
“Yang dikatakan anak-anak itu mungkin benar pak!” tiba-tiba Bu Emi guru fisika kelas tiga yang terkenal sangat baik itu tiba-tiba sudah berada di ruang kepsek.
“Apa bapak sudah lupa dengan Imam anak kelas 1.6 dua tahun yang lalu?”
“Emangnya kenapa Bu? Jadi kejadian hantu bangku bolong itu beneran terjadi disini Bu?” Tanya Ali yang demen banget sama film horor dengan berapi-api. Lalu Bu Emi menceritkan tentang Imam anak kelas 1.6 dua tahun yang lalu. Imam sering tertidur dikelas saat pelajaran sekolah. Hal itu tentu saja membuat guru-guru kesal padanya. 
           
Sebagian guru yang memahami kehidupan Imam yang seorang yatim-piatu dan ia harus membiayai sekolahnya dan adik perempuannya yang masih kelas 6 SD saat itu dengan bekerja disebuah café yang buka dari jam tujuh malam sampai larut malam. Saat itu Bu Emi masih guru baru yang tak mengerti keadaan Imam dan waktu itu juga Bu Emi tidak sebaik sekarang ia terkenal killer karena ia tak mu dilecehkan seperti di sekolah tempatnya mengajar makanya ia bersikap seperti itu. 

Pertama Bu Emi menegur Imam baik-baik tetapi sampai ketiga kalinya ia membangunkan Bu Emi tak mampu menahan amarahnya bukannya bangun, Imam malah balas membentak Bu Emi dan waktu itu Pak kepala sekolah yang melihat kejadiannya langsung mengeluarkan Imam dari sekolah. Dan sejak itu Imam tidak pernah kelihatan lagi menghilang tanpa jejak. Bu Emi mengakhiri ceritanya dengan tangis yang tak dapat ia bendung lagi.
“Sudah Bu, itu-kan sudah lama berlalu. Lebih baik sekarang kita mengikhlaskan Bang Imam dan kita do’akan saja agar arwah bang Imam diterima disisinya!” Ali simpati.

“Huss! Siapa bilang imam sudah meninggal?” ujar Bu Emi.
“Lho kalo nggak mati kok Ibu nangis? Bisa aja-kan bang Imam itu meninggal terus hantunya ada dibangku itu. Buat bikin orang yang orang yang duduk dibangkunya tidur” Iko ikut-ikutan komentar. Adit melotot pada iko agar Iko tak usah mengomentari.
“Seharusnya Ibu tahu, waktu itu Imam sedang banyak masalah, terutama masalah dipecatnya ia dari tempat kerjanya dan ia harus menanggung biaya sekolah adiknya yanga akan menghadapi ujian akhir, ibu ingin sekali bertemu lagi dengannya dan meminta maaf!”

“kok ibu tahu dia abis di pecat?” 
“Ibu dengar dari teman baiknya, setelah mendengar itu ibu sangat menyesal, karena membuatnya semakin sulit”
“Ibu tahu rumahnya nggak?” Tanya Adit.
“Ibu hanya tahu rumahnya yang lama, saat ibu kesana rumah satu-satunya warisan yang ditinggalkan Orang tuanya ia sewakan ke orang lain sedangkan Imam dan adiknya tak tahu dimana sekarang” Bu Emi sesenggukkan.
“Bu Emi punya fotonya nggak?” Tanya Nia semangat, kali aja cakep piker Nia. Bu Emi menganguk lalu mengeluarkan sebuah foto dari buku agendanya. Nia, Iko, Adit dan Ali segera mengerubungi foto yang diberikan Bu Emi. Bu Emi memberi tahu Imam yang duduk didepan pojok kanan. Foto itu diambil saat pertama kali masuk sekolah, tradisi di sekolah ini memang hari pertama masuk kelas baru harus foto bersama sebelum masuk kelas.
       “Kayanya saya kenal deh Bu!” Adit sedikit ragu.
       “Kenal? Dimana dia sekarang?” Bu Emi tak sabar.
      “Tapi ini belum tentu bener lho Bu! Bisa saja saya salah. Soalnya mukanya mirip sama yang punya warnet dideket rumah saya” 
      “Yaudah Bu kita coba aja dulu kesana, kali aja bener itu Bang Imam” Usul Ali di ikuti anggukkan Iko dan Nia. Akhirnya semua setuju dan berangkat ke warnet yang Adit maksud menggunakan mobil kijang pak Kep-Sek.
*******
     “ASSALAMUALAIKUM!!” salam mereka serentak setibanya dirumah yang Adit tunjukkan. Beberapa menit kemudian muncul seorang gadis cantik yang kira-kira masih kelas satu SMP. Ia memandang mereka bingung, kok rame banget siapa yang bikin hajatan mungkin pikir gadis itu.
        “waalaikum salam, Eleuh aya naon iye teh? Kok rame sekali?” Tanya gadis itu bingung.
        
       “Kami mencari Bang Imam, bener ini teh rumahnya?” Tanya Adit.
             
      “Oh. Bang Imam, aya.. aya sok masuk atuh!” gadis itu mempersilahkan mereka masuk lalu ia meninggalkan mereka untuk memanggil Imam. Beberapa menit kemudian laki-laki bertubuh tinggi besar keluar.
      “Pak kepala sekolah?Bu Emi?” laki-laki itu mengenali Bu Emi dan Kepala sekolah.
     
      “Imam” Bu Emi langsung menghampiri laki-laki yang ternyata bener Imam anak didiknya dulu, ia lalu meminta maaf pada Imam.
       
      “Harusnya saya yang minta maaf Bu.  Kan saya yang bentak-bentak ibu waktu itu” ujar Imam.
     “Ibu sudah maafkan kamu kok!” Bu Emi kembali menagis kini tangisan  karena haru. Pak kepala sekolah ikut meminta maaf. Adit CS ikut merasakan suasana mengharu biru diantara Bu Emi dan Imam seperti disinetron-sinetron.
   “Bang, ngomong-ngomong, kenapa ya kok saya sejak duduk ditempat bekas tempat abang kok bawaannya pengen tidur melulu? Apa abang ngutuk bangkunya biar siapa aja yang duduk disitu jadi beler?” Tanya Adit yang masih penasaran.
 “Nggak-lah, emangnya malin kundang pake ngutuk-ngutuk segala? Mungkin karena pengaruh obat bius untuk praktikum biologi yang waktu itu abang nggak sengaja tumpahin, terus ngresep ke meja yang emang udah sedikit lapuk terus kamu hirup jadinya ngantuk, apa lagi ditambah dibelakang kamu itu ada bolongan dari ruang sebelah yang full AC. Gimana nggak bikin kamu tidur” jelas Imam.
    
“Ooo…. Itu bulet!” koor Adit CS.
*******
“Adiiiiiiiiitt!! Kamu kok tidur lagi sih?” Bu Risa kesal, adit segera bangun karena kakinya diinjak oleh Iko.

“Maaf Bu, tadi saya diundang sama om saya barack Obama ke White house” ujar Adit reflex.
“Apa? Bohong, kamu! Mana mungkin pak barack Obama semalam bilang, Cuma akan mengundang saya hari ini” balas Bu Risa sambil menjewer kuping Adit dengan ganas. Adit teriak kesakitan. Teman-temannya tertawa melihat kejadian itu.

End
Tags

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)