CERBUNG - Nayla Story Bagian 5 (Night On Bataclan)

MS Wijaya
8
(Joel)
"Dalam hitungan ketiga kita lari ke arah pintu belakang ok" ujarku pada Nayla, wajah Nayla sangat ketakutan garis-garis bekas air mata terlihat jelas dikedua belah pipinya. Nayla mengangguk mantap.

"Lindungi kepala kamu pakai apapun Nay" pintaku lagi. Jarak kami yang sangat dekat dengan pindtu belakang panggung menjadi keuntungan sekaligus musibah, kalau waktu yang kuperkirakan kurang tepat bisa saja mereka langsung menembak mati kita berdua saat sedang berlari.

Nayla mengenakan kain hitam yang dililitkan ke kepalanya, ia terlihat lebih cantik dengan kain itu. Entah karena panik atau apa ia malah menutupi kepalanya dengan kain itu. Ya sudahlah ini bukan waktunya berdebat apalagi menanyakan mengapa ia melakukan itu.

"Satu" aku dan Nayla sudah mengambil kuda-kuda layaknya orang yang sedang lomba lari.

"Dua" wajahku menegang, jangtungku berdebar lebih cepat. Aliran adrenalin benar-benar terpacu detik ini juga. Aku memegang lengan kiri Nayla dengan erat. Sedangkan Nayla melepas sepatu heels tiga centi-nya dan memegang handbagsnya erat. Bisa kurasakan denyut nadi Nayla bergerak cepat.

"Tigaaa..." kami berlari menerobos bangku penonton dan menginjak mayat-mayat yang bergelimpangan dilantai. Sesekali darah terpercik dari lantai mengenai pakaianku dan Nayla.

"Jangan Lari!!!!" Teriak salah satu teroris itu.
Kami tak memperdulikanya. Dari suaranya mereka masih mengisi ulang AK-47nya. Aku mendorong Nayla agar berlari di depan. Agar aku bisa melindunginya.

Klik..
Pintu exit belakang terbuka, Nayla dan aku segera melesak ke dalam, beberapa orang mengikuti kami dari belakang.

Dorr..
Dorr..
Dorr..
Kembali peluru bermentalan, kali ini benar-benar ditujukan kearah kami. Tiga orang tumbang dibelakang kami terkena muntahan peluru. Nayla sudah berada diluar, sedangkan aku maaih menahan pintu otomatis agar tidak tertutup. Membiarkan yang lainnya keluar terlebih dahulu, aku merunduk menghindari tembakan yang menggila kearah kami. 

Dorr, satu peluru menembuat seorang pemuda berumur belasan terkapar, kakinya terkena timah panas. Ia meringis kesakitan meminta tolong.

"JOEL CEPAT KELUAR!!!"  teriak Nayla dari luar,  aku tak menggubrisnya. Aku tak tega melihat pemuda di depanku itu. Dari lukanya darah mengalir dengan deras, ia menyerat tubuhnya mendekatiku. Tanpa pikir  panjang kuhampiri ia dan menuntunnya berlari keluar.

"Cepat, sebentar lagi" ujarku menuntunya untuk  bergerak cepat.



DORR!!!!
DORR!!!!
dua peluru dapat Ku hindari, pemuda itu. Makin mengaduh kesakitan. 

"Nayla bantu dia kumohon" ujarku begitu sampai di depan pintu Exit. Nayla segera Menyembut Pemuda yang terluka dan menuntunnya keluar.


DORR!!!! 
DORR!!!!
Dua timah panas tepat mengenai punggung sebelah kananku. dapat kurasakan timah panas itu berhasil merobek daging sekaligus mematahkan tulang rusukku. 

Seketika aku ambruk saat sedang memegangi pintu. Nayla berteriak memanggil namaku, dengan tanggap ia menangkapku agar tak terjatuh kelantai. Lalu semuanya menjadi gelap, gelap sekali. Wajah dan air mata Nayla yamg terakhir kulihat.


Post a Comment

8Comments

Post a Comment