Jalan menuju-Mu Prolog (Based On True Story)

MS Wijaya
0


Jalan ini panjang, semoga ini memang jalan yang Kau Ridhoi
Trengg...treng...treng...
Bunyi loceng gereja didepanku tiba-tiba berdenting tiga kali, lalu disusul lantunan suara qiroah dari masjid diseberangnya yang terasa merdu dan menenagkan hati..

aku berdiri disini lagi, ada rasa rindu seketika akan masa itu.

Angin sore membelai wajahku dengan lembut, lalu memainkan jilbab lebarku yang menjuntai hingga batas pinggang.

"Maria" panggil seseorang dari belakangku. Refleks aku memutar tubuhku menghadap arah suara panggilan tersebut.

                                                                            ****

"Maria, ayo masuk" panggil Romo, ayahku dari pintu depan setelah mengangkat dua koper besar dari bagasi mobil. Kami baru pulang dari amerika, untuk liburan natal. Beruntung sekali tahun ini aku bisa menyaksikan white christmas disana. Seluruh kota New york benar-benar disepuh oleh lembutnya salju putih itu. Sangat indah, lebih indah dari yang kulihat di dalam film-film hollywood malah.

Aku dan kak Adrea sempat mencicipi rasa salju yang saat itu turun, kami kira rasanya sama dengan kembang es, yang kadang kami serut dari dari kulkas. tapi rasanya benar-benar tidak enak.

Seperti air hujan,hanya saja Rasanya ada tambahan sensasi dinginnya.

Kepalaku masih pusing karena jetleg. Apalagi ini pertama kalinya aku bepergian jauh dengan pesawat selama dua puluh enam jam dipesawat. Mengalami dua siang dua malam dipesawat. Walaupun dipesawat sangat nyaman, tapi tak ada yang senyaman rumah!

"Nak, ini ibu sayang" panggil Ibu paruh baya didepan pagar rumah. Baju batiknya terlihat pudar warnanya disana sini. Mukanya terlihat dekil ditambah lagi keringatnya yang sebesar biji jagung bermunculan Di dahi dan wajahnya karena terik matahari. Jangan-jangan orang gila lagi, pikirku dengan langkah seribu aku langsung masuk rumah meninggalkan ibu-ibu itu yang menatapku dengan tatapan rindu.

"Kamu kenapa sih?" Tanya kak Adrea yang tengah tiduran di sofa dengan lemas, sepertinya jetleg kak Adrea lebih parah dariku. Mukanya terlihat pucat.

"Huhh...huhhh..tadi... adaa...orang... gilaa... didepan" jawabku ngos-ngossan karena berlari kabur dari ibu-ibu tadi.

"Yaelah masih takut aja sama orang gila haha" tawa Kak adrea jahat, coba saja dulu dia yang dikejar-kejar orang gila kompleks sebelah, aku rasa ia akan trauma juga sepertiku bahkan bisa jadi ikut-ikuttan gila. Aku memalingkan wajahku kearah lain tak mau melihat wajah kak Adrea yang tersenyum penuh kejahatan, mirip seperti penyihir jahat saat memberikan apel beracun pada putri salju.

"Biarin aku doain besok Kak Adrea  yang dikejar orang gila" ujarku asal lalu masuk kedalam kamarku.

Sesampainya dikamar Aku hempaskan tubuh lelahku ke atas kasur. Ahh home sweet home bisikku sambil merasakan lembut dan wanginya seprai kasurku. Kucoba pejamkan mataku, rasanya seluruh tulangku akan lepas dari persendiannya.
"Nak, ini Ibu sayang" tiba-tiba ucapan ibu-ibu tadi berputar-putar dikepalaku, seperti kaset rusak yang mengulang lagi dan lagi ditempat yang sama. Hah mana mungkin dia ibuku. Udah jelek miskin lagi, ujarku menepis ucapan yang bermain dibenakku.


(Hari ini saya coba kembali bikin cerbung tentang perjalanan hijrah salah satu seorang sahabat saya, terima kasih untuk beliau yang sudah mau berbagi kisahnya, dan berbaik hati memperbolehkan saya untuk mengolah cerita hidupnya kedalam tulisan saya, semoga tulisan saya ini bisa bermanfaat bagi semua orang dan semoga cerbung kali ini tidak bernasib sama dengan cerbung sebelumnya yang terbengkalai terselesaikan. Barakallah fi umrik semua)

#ODOP #HariKeduapuluh #Cerbung #Hijrah

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)