slider

THIRD - BAB 1 (Part 2)



                    

       “Kesha Ardenia Putri”ujar laki-laki dengan terbata-bata, membaca name tag ku yang lupa ku masukkan ditas. Dengan cepat aku menutup name tag yang menggantung di kantong blazerku. Ya tuhan jangan-jangan dia seorang psikopat yang sudah mengincarku lalu siap menangkapku jika sudah di tempat sepi. Dan ia akan membawaku ke rumahnya yang gelap dan berbau lembab, disana akau akan disiksa atau di mutilasi seperti di film-film psikopat, yang banyak beredar saat ini. Ahh tolonglah berhenti berpikir buruk yang membuatku merasa bener-benar ingin loncat dari transjakarta ini.

                           “Kesha Ardenia Puti, artinya Anak perempuan yang kuat” ujarnya lagi sambil memandang wajahku dengan alis kirinya yang sengaja ia naikkan satu keatas, seakan mengatakan “are you impressed?” apa terkesan? No, nothing at all balasku dengan tatapan tajam, lalu memalingkan wajahku kearah lain.  sebenarnya memang iya aku terkesan, secara ia bisa tahu arti namaku. Apa jangan-jangan dia seorang peramal?
                          “jadi bagian apa mbak di Majalah Hello?” tanyanya lagi memecah kesunyian diantara bunyi dengungan mesin transjakarta yang mulai rapuh. 

                          “Mau tau banget atau mau tau aja?” balasku, rupanya dia juga melihat logo kantorku tadi saat membaca nama di name tag-ku.

                          “Bangeeettttt…” ujarnya dengan kata yang dipanjangkan seperti sedang memabaca dengan tajwid, dan hidung mancungnya bergerak naik turun membuatku ingin tertawa, tapi aku tahan sekuat tenaga. Entah seperti apa wajahku saat ini. 

                          “Rahasia” jawabku  singkat padat.

                          “Saya dulu pernah ngirim puisi ke majalah Hello lho mbak, dan beruntung di muat waktu itu. malah dua kali” ujarnya dengan bangga, dan ada penekanan saat mengucapkan “dua kali”. Kuakui memang hebat juga kalau memang betul, tapi wajahnya tidak meyakinkan i just think he want to make me impressed anymore. Dasar Playboy.
  
                         “Owhh, good jawabku lagi” 

                        “Oh iya mbak, ini memang benerkan yang kearah kebon jeruk??” tanyanya untuk yang dua kalinya dengan pertanyaan yang sama, sekali lagi ia bertanya akan dapat piring bisiiku dalam hati.

                        “Iyya tenang aja, gue juga berhenti disana kok. Emangnya mau kemana?” tanyaku penasaran, jangan-jangan dia punya komplotan disana, dan sekali lagi aku melihat kearah tas dipangkuannya yang masih terlihat menonjol.

                         “kerumah teman, kebetulan motor saya lagi dibengkel, jadi terpaksa naik busway aja” jawabnya dengan senyum manisnya yang ternyata ada lesung pipit yang terlihat jelas sekali dan menambah nilai plus dalam penilaianku.

                         “Halte Duri Kepa, mohon periksa kembali barang bawaan anda dan perhatikan langkah anda saat melangkah” ujar kernet transjakarta yang menjaga di depan pintu, kulihat di depan pintu sepasang kakek-nenek yang baru masuk dan terlihat mencari tempat duduk. Dengan reflex aku berdiri dan memanggil nenek itu untuk duduk ditempatku dan ternyata laki-laki arab disebelahku melakukan hal yang sama untuk kakek itu. jadilah kami berdua berdiri saling berhadapan dan aku terlihat sangat kerdil.

                         “Makasih ya cu, semoga langgeng” ujar nenek yang tadi kuberikan tempat duduk. Wait apa langgeng? Apa maksudnya dengan langgeng?

                        “Iyya biar langgeng terus kayak kakek- sama nenek ini” timpal kakek-nya sambil tersenyum dan melirik kearah  laki-laki arab SKSD1 itu. 

                        “Amin makasih kek, Nek” jawab laki-laki itu lagi. Aku hanya mengerutkan kening, jangan-jangan kakaek-nenek ituy mengira aku pasangan dengan laki-laki ini. Ya tuhan semoga saja bisikku dalam hati paling dalam.
                        "Ini pegangan tas saya aja kalau susah pegang handle-nya” ujar laki-laki itu. begitu melihat tanganku dengan susah-payah menggapai handle yang menggantung diatas kepalaku. 

                         “Apa? Gak mau! Gimana entar kalau meledak tasnya?” selorohku tak sengaja, bodoh kutukku pada diri sendiri.

                        “Subhanaallah, dari tadi mbak ternyata mikir yang aneh-aneh ya tentang saya” ujarnya lagi sambil tertawa kecil, masih dengan memperlihatkan senyuman manis ditambah lesung pipitnya.

                         “Cittttt..!!” tiba-tiba saja transjakarta mengerem mendadak membuatku kehilangan keseimbangan. Tubuhku terlonjak ke depan dan jatuh tepat didada laki-laki itu, dalam waktu sekejap itu kurasakan bunyi detak  jantungnya. Laki-laki itu juga sama kagetnya denganku satu tangannya mendekapku erat dan satunya lagi tetap memegang handle terlihat otot lengannya mengejang karena menahan agar kami berdua tidak terjengkang ke belakang.

                        “Maaf” ujarku pelan, lalu segera  berdiri tegak dan melepas dekapan laki-laki itu. Pasti wajahku semerah tomat sekarang.

                        “Halte Kebun Jeruk, periksa kembali barang bawaan anda dan perhatikan langkah anda saat melangkah” ujar kernetnya lagi.

                        “Eh kita udah nyampe” ujarku lagi. Lalu segera menembus orang-orang di depanku menuju pintu keluar, laki-laki itu mengikutiku dari belakang. Huftt lega rasanya karena sudah keluar dari tempat sumpek. Aku berjalan keluar halte menaiki jalanan transjakarta yang menyerupai jembatan penyebrangan itu dengan buru-buru.

                     “Kesha” panggil laki-laki itu tiba-tiba dibelakangku, ya tuhan apalagi sekarang. Aku menengok sebentar kebelakang. Dengan susah payah ia berjalan mengikutiku yang jauh beberapa langkah di depannya.

                      “Hei” sapanya lagi sambil mensejajarkan langkah-langkahnya yang besar. Dengan ukuran kakinya yang panjang, ia mudah saja menyusulku. Aku hanya tersenyum kecil. Sebenarnya aku masih malu dengan kejadian di transjakarta tadi. bodoh sekali sampai aku jatuh di tubuhnya.

                      “Nih, lihat. Ini benar-benar bukan bom!” ujarnya sambil mengeluarkan helm dari tasnya yang mengembang sejak tadi.

                      “hehehe sorry” aku terkekeh antara malu dan salting. 

                       “TARIQ!!!”  teriak sebuah suara cukup keras dari bawah sana. Laki-laki itu refleks melihat ke arah suara itu.

                       “HEI JONN!! Balasnya sambil melambaikan tangan kanannya. Tenyata itu temannya, entah sejak kapan temannya itu menunggu disana.sepertinya cukup lama, terlihat dari ekspresinya yang sudah sangat bosan.

                       “Afwan saya duluan ya” ujarnya lalu berjalan menjauh dari ku. Aku hanya mengangguk kecil dan memperhatikan-nya berjalan kearah seberang jalan dan aku berjalan ke sisi lainnya.

                       “HEI KESHA ARDENIA PUTRI” teriak suara laki-laki bernama Tariq itu dari seberang sana. Aku segera membalikkan badan, untuk melihat laki-laki itu.  

                       “SAYA TARIQ, TARIQ AL-FARUQ AND IM NOT TERORRIST” teriak-nya lagi dari ujung jalan tak peduli saat ini kami berdua menjadi pusat perhatian oleh orang-orang disekitar. Aku hanya tertawa mendengar ucapannya yang mengutip salah satu film india. Setelah memperlihatkan senyuman dengan lesung pipitnya diujung.

                        “Dasar orang gila!” ujarku pada diri sendiri.

Sumber gambar : http://mapio.net/a/110636073/
#ODOP, #FEBRUARIMEMBARA  #HariKedua, 

Post a Comment

0 Comments