“Kesha Ardenia Putri”ujar laki-laki dengan
terbata-bata,
membaca name tag ku yang lupa ku masukkan ditas. Dengan cepat aku menutup name
tag yang menggantung di kantong blazerku. Ya tuhan jangan-jangan dia seorang psikopat yang sudah
mengincarku lalu siap menangkapku jika sudah di tempat sepi. Dan ia akan
membawaku ke rumahnya yang gelap dan berbau lembab, disana akau akan disiksa
atau di mutilasi seperti di film-film psikopat, yang banyak beredar saat ini. Ahh tolonglah
berhenti berpikir buruk yang membuatku merasa bener-benar ingin loncat dari
transjakarta ini.
“Kesha Ardenia Puti, artinya Anak perempuan
yang kuat” ujarnya lagi sambil memandang wajahku dengan alis kirinya yang
sengaja ia naikkan satu keatas, seakan mengatakan “are you
impressed?” apa terkesan? No, nothing
at all balasku dengan tatapan tajam, lalu memalingkan wajahku kearah lain. sebenarnya memang iya aku terkesan, secara ia bisa tahu arti
namaku. Apa
jangan-jangan dia seorang peramal?
“jadi bagian apa mbak di Majalah Hello?” tanyanya
lagi memecah kesunyian diantara bunyi dengungan mesin transjakarta yang mulai
rapuh.
“Mau tau banget atau mau tau aja?” balasku,
rupanya dia juga melihat logo kantorku tadi saat membaca nama di name tag-ku.
“Bangeeettttt…” ujarnya dengan kata yang
dipanjangkan seperti sedang memabaca
dengan tajwid, dan hidung mancungnya bergerak naik
turun membuatku ingin tertawa, tapi aku tahan sekuat tenaga. Entah seperti apa
wajahku saat ini.
“Rahasia” jawabku singkat padat.
“Saya dulu pernah ngirim puisi ke majalah
Hello lho mbak, dan beruntung di muat waktu itu. malah dua kali” ujarnya dengan
bangga, dan
ada penekanan saat mengucapkan “dua kali”. Kuakui memang hebat juga kalau
memang betul, tapi wajahnya tidak meyakinkan i just think he want to make me impressed anymore.
Dasar Playboy.
“Owhh, good jawabku lagi”
“Oh iya mbak, ini memang benerkan yang
kearah kebon jeruk??” tanyanya untuk yang dua kalinya dengan pertanyaan yang
sama, sekali lagi ia bertanya akan dapat piring bisiiku dalam hati.
“Iyya tenang aja, gue juga berhenti disana
kok. Emangnya mau kemana?” tanyaku penasaran, jangan-jangan dia punya komplotan
disana, dan sekali lagi aku melihat kearah tas dipangkuannya yang masih
terlihat menonjol.
“kerumah teman, kebetulan motor saya lagi
dibengkel, jadi terpaksa naik busway aja” jawabnya dengan senyum manisnya yang
ternyata ada lesung pipit yang terlihat jelas sekali dan menambah nilai plus
dalam penilaianku.
“Halte Duri Kepa, mohon periksa kembali
barang bawaan anda dan perhatikan langkah anda saat melangkah” ujar kernet
transjakarta yang menjaga di depan pintu, kulihat di depan pintu sepasang
kakek-nenek yang baru masuk dan terlihat mencari tempat duduk. Dengan reflex
aku berdiri dan memanggil nenek itu untuk duduk ditempatku dan ternyata
laki-laki arab disebelahku melakukan hal yang sama untuk kakek itu. jadilah
kami berdua berdiri saling berhadapan dan aku terlihat sangat kerdil.
“Makasih ya cu, semoga langgeng” ujar nenek
yang tadi kuberikan tempat duduk. Wait apa langgeng? Apa maksudnya dengan
langgeng?
“Iyya biar langgeng terus kayak kakek- sama
nenek ini” timpal kakek-nya sambil tersenyum dan melirik kearah laki-laki arab SKSD1 itu.
“Amin makasih kek, Nek” jawab laki-laki itu
lagi. Aku hanya mengerutkan kening, jangan-jangan kakaek-nenek ituy mengira aku
pasangan dengan laki-laki ini. Ya tuhan semoga saja bisikku dalam hati paling
dalam.
"Ini pegangan tas saya aja kalau susah
pegang handle-nya” ujar laki-laki itu. begitu melihat tanganku dengan
susah-payah menggapai handle yang menggantung diatas kepalaku.
“Apa? Gak mau! Gimana entar kalau meledak
tasnya?” selorohku tak sengaja, bodoh kutukku pada diri sendiri.
“Subhanaallah, dari tadi mbak ternyata
mikir yang aneh-aneh ya tentang saya” ujarnya lagi sambil tertawa kecil, masih
dengan memperlihatkan senyuman manis ditambah lesung pipitnya.
“Cittttt..!!” tiba-tiba saja transjakarta
mengerem mendadak membuatku kehilangan keseimbangan. Tubuhku terlonjak ke depan
dan jatuh tepat didada laki-laki itu, dalam waktu sekejap itu kurasakan bunyi detak jantungnya. Laki-laki itu juga sama kagetnya denganku satu
tangannya mendekapku erat dan satunya lagi tetap memegang handle terlihat otot lengannya mengejang karena menahan agar
kami berdua tidak terjengkang ke belakang.
“Maaf” ujarku pelan, lalu segera berdiri tegak dan melepas dekapan laki-laki
itu. Pasti wajahku semerah tomat sekarang.
“Halte Kebun Jeruk, periksa kembali barang
bawaan anda dan perhatikan langkah anda saat melangkah” ujar kernetnya lagi.
“Eh kita udah nyampe” ujarku lagi. Lalu
segera menembus orang-orang di depanku menuju pintu keluar, laki-laki itu
mengikutiku dari belakang. Huftt lega rasanya karena sudah keluar dari tempat
sumpek. Aku berjalan keluar halte menaiki jalanan transjakarta yang menyerupai
jembatan penyebrangan itu dengan buru-buru.
“Kesha” panggil laki-laki itu tiba-tiba
dibelakangku, ya tuhan apalagi sekarang. Aku menengok sebentar kebelakang.
Dengan susah payah ia berjalan mengikutiku yang jauh beberapa langkah di
depannya.
“Hei” sapanya lagi sambil mensejajarkan
langkah-langkahnya yang besar. Dengan
ukuran kakinya yang panjang, ia mudah saja menyusulku. Aku
hanya tersenyum kecil. Sebenarnya aku masih malu dengan kejadian di
transjakarta tadi. bodoh sekali sampai aku jatuh di tubuhnya.
“Nih, lihat. Ini benar-benar bukan bom!” ujarnya
sambil mengeluarkan helm dari tasnya yang mengembang sejak tadi.
“hehehe sorry”
aku terkekeh antara malu dan salting.
“TARIQ!!!”
teriak sebuah suara cukup keras dari bawah sana. Laki-laki itu refleks melihat ke arah suara
itu.
“HEI JONN!! Balasnya sambil melambaikan
tangan kanannya. Tenyata itu temannya, entah sejak kapan temannya itu menunggu
disana.sepertinya cukup lama,
terlihat dari ekspresinya yang sudah sangat bosan.
“Afwan saya duluan ya” ujarnya lalu
berjalan menjauh dari ku. Aku hanya mengangguk kecil dan memperhatikan-nya berjalan kearah
seberang jalan dan aku berjalan ke sisi lainnya.
“HEI KESHA ARDENIA PUTRI” teriak suara
laki-laki bernama Tariq itu dari seberang sana. Aku segera membalikkan badan, untuk melihat
laki-laki itu.
“SAYA TARIQ, TARIQ AL-FARUQ AND IM NOT
TERORRIST” teriak-nya lagi dari ujung jalan tak peduli saat ini kami berdua menjadi pusat
perhatian oleh orang-orang disekitar. Aku hanya tertawa mendengar ucapannya
yang mengutip salah satu film india. Setelah memperlihatkan senyuman dengan
lesung pipitnya diujung.
“Dasar orang gila!” ujarku pada diri
sendiri.
Sumber gambar : http://mapio.net/a/110636073/
#ODOP, #FEBRUARIMEMBARA #HariKedua,
0 Comments