“Assalamualaikum”
Tak ada jawaban. Apa ayah sedang pergi? tapi pintu nggak dikunci. Kulihat ayahku sedang
menonton tv di ruang tengah. Matanya tapi terlihat kosong, malah seperti tv
yang sedang menontonnya. Aku hempaskan tubuhku disampingnya. Aku mencoba meneliti
apa yang terjadi lagi saat ini? Pasti ada sesuatu yang tidak beres. Benar
saja apa yang aku pikirkan, aku melihat sebuah undangan pernikahan bertuliskan
nama ibuku disana. Ternyata benar ibu akan menikah lagi dengan selingkuhannya
yang ia temui lewat facebook itu. Seketika darahku mendidih melihat undangan
pernikahan itu. ku ambil Undangan pernikahan Ibu dan ku buang ke tong sampah di
dapur, ayah tak berkutik dengan gerakan yang cepat. Aku tahu saat ini pasti
perasaan ayah sangat kacau. Perceraiannya dengan ibu tahun lalu benar-benar
membuat Ayah kehilangan arah. Ia lebih banyak diam dan mengururung diri di
rumah.
Dan
aku benar-benar membencinya karena itu, yang lebih konyol lagi adalah ibuku
akan menikahi orang yang baru ia kenal lewat social media itu. bagaimana bisa
seseorang yang telah menikah berpuluh-puluh tahun lalu berpisah karena salah
satu dari mereka bertemu dengan orang di dunia maya yang kemudian dianggap
belahan jiwanya. Rasanya aku ingin mengutuk mark zuckerburg yang telah
menciptakan facebook karena ia telah berhasil menghancurkan kehidupan
keluargaku.
Aku
memeluk ayahku yang masih belum bisa berkata-kata. Aku merasakan kepedihan
dalam hatinya, matanya jelas menyiratkan kehancuran. Tapi yang aku heran ia tak
pernah memperlihatkan kebenciannya pada Ibu. Oh ayah mengapa kau hancurkan
dirimu sendiri, begitu besarkah cintamu pada ibu.? Sehingga kau tak bisa
menbencinya.
Aku
tak akan membiarkan air matamu kembali jatuh seperti saat siding perceraian
hari itu yah, aku tak akan membuatmu meneteskan air mata itu aku berjanji
Jam setengah
tujuh pas. Mataku mencari-cari dengan teliti setiap senti yang ada kawasan
halte transJakarta ini dengan sekasama. Secara tak sadar aku mencari sosok pria
arab kemarin yang mengaku bernama Tariq, Tariq Al-Faruq! Ya ampun bahkan aku
bisa ingat nama panjangnya. Bagaimana aku tak ingat kemarin kan dia berteriak
seperti orang gila diujung jalan. Ada rasa kecewa saat tak menemukan sosok
tinggi besar hitam itu ehh, salah itu sih genderuwo. Maksudku sosok tinggi
dengan jambul, seperti
kubah masjid
ditambah lagi, dengan senyum berlesung pipit nan manis dan ditambah lagi hidung
mancung bagaikan menara burj khalifa. Ah yasudahlah, lagi pula kenapa aku
tiba-tiba mencari orang gila itu ditengah ribuan manusia di kota sebesar ini?
Apalagi Tariq bilang ia kesana hanya karena motornya rusak, jadi mana mungkin
ia akan naik transjakarta lagi?
Beruntung
sekali hari ini busway tidak ngaret seperti biasanya, jadi aku bisa pulang agak
cepat. Dengan perlahan aku dan warga
Jakarta lainnya memasuki transjakarta yang masih kosong itu, saat tiba di pintu
masuk Transjakarta aku sempat menegok ke belakang berharap Tariq ada diantara
kerumunan orang-orang itu. tapi nihil hasilnya.
sumber gambar : http://www.peacefulharmony.co.uk/wellbeing-counselling/how-do-men-deal-with-bereavement/
#ODOP #FebruariMembara #HariKeempat
0 Comments