Tubuhku terasa lelah sekali setelah seharian beraktivitas
diluar rumah. Yah mau bagaimana lagi, inilah konsekuensi yang harus kuambil
karena bekerja sambil kuliah, yaitu capek fisik + capek fikiran. Bismillah
semoga aku bisa istiqomah untuk menjalani itu semua sampai akhir nanti aku
diwisuda. Lampu ruang tengah sudah gelap, berarti seluruh penghuni rumah sudah
kembali masuk kekamarnya masing-masing. Segera saja kupapah motorku keruang
tengah seperti biasa lalu kukunci pintunya, karena memang aku manusia terakhir
yang pulang kerumah.
Tanpa basa-basi lagi aku langsung masuk kekamarku “klik”
bunyi handel pintu yang kuputar kebawah sehingga nampaklah istana kecilku yang
selalu membuatku nyaman. Kuraba dinding sebelah pintu kamar untuk mencari letak
saklar yang bisanya disana, tapi aku tak tahu juga, mungkin ada tuyul yang
iseng menrubahnya jadi dipojokan kamar.
“Tek” bunyinya begitu kutekan saklar yang beruntung masih
disana. Mataku sedikit mengerjap untuk menyesuaikan cahaya terang dari neon
putih yang terpasang diatas kamarku. Seketika nampaklah semua branag-barang
yang disana. Perhatianku hanya tertuju pada kasur empukku yang dengan tangan
terbuka siap menangkapku kapan-pun aku akan menjatuhkan diri disana. Owhh kasur,
engkaulah satu-satunya yang mengerti aku. Aku lepaskan jaket
hitamku lalu manggantungnya keatas gantungan yang tepat berada didinding atas kasurku. Lalu menjatuhkan
semua penatku diatas kasur yang sejak tadi memanggil-manggil. Rasanya benar-benar
nyaman. Terlebih lagi seprai minion biru ini baru dicuci kakak-ku, wanginya masih
bau matahari bercampur pewangi. Sangat menenangkan. Kupeluk bantal besar
kesayanganku yang berkain sarung bendera amerika itu dengan erat. Wanginya masih
sama, wangi iler tapi meneyejukkan hati hehehe.
Entah kenapa mataku ingin menerawang keseluruhan ruangan
kamar ini, apakah ini sebuah pertanda? Pertanda apa? Aku coba mengabsen
satu-satu isi kamarku, ditengah dinding kamar masih ada jam dinding kotak yang kubeli di toko serba 10 ribu dan sepertinya akan naik lagi(karena awalnya serba lima ribu). Lalu cermin yang kubeli ditempat yang sama. Disamping
kasur masih berdiri tegak lemari plastik berwarna merah milik kakak-ku tapi
telah dihibahkan untuk kamarku. Diatasnya ada berbagai macam barang dari
deodoran, obat-obatan, tongkat penggaruk plastik yang sengaja kubeli entah
dimana lupa, maklum saja aku masih single jadi tak ada yang bisa kuminta untuk
menggaruk punggungku nanti. Lalu ada tas kulit imitasi milik adikku yang tertinggal selepas liburan di Jakarta minggu lalu. Diatas lemari
itu juga ada seperangkat alat shalat yang biasa kupakai terlipat dengan rapih.
Lalu kuabsen workspace yang sengaja ku buat didepan tempat
tidurku itu, ya disanalah biasa aku menulis, mengerjakan tugas atau sekedar
nonton film dari laptop tuaku yang kubeli seken dari PN (pegawai negeri red) yang dapat laptop dari
tempatnya bekerja, sehingga ia tidak membutuhkan lagi laptopnya itu. Meja
laptop itu kubuat sendiri dengan kardus bekas minyak goreng yang belah dua lalu
diatasnya aku letakkan papan bekas banguan tetangga yang sudah jadi, untuk
menutupi alasnya yang penuh semen, aku bungkus dengan kantong sampah hitam. Dibelakang
meja laptop sederhana itu ada koleksi bukuku yang sangat kucintai kebanyakan
sih novel dari pada buku pelajarannya.
Dan ini masih banyak lagi buku yang
tersebar di teman-temanku, yang berujung tak dikembaliakan entah lupa atau
sengaja. Diaatas tumpukan novel Narnia itu ada satu-satunya benda yang
mengingatkan masa kejayaanku dalam menulis, ya itu sebuah piala dari lomba
cerpen yang kumenangkan saat SMA dulu. Aku berharap itu hanya awal mula dari
kesuksesanku. Disamping meja laptop ada printer HP yang kubeli di mangga dua,
untuk keperluan tugasku sebagai mahasiswa, jadi aku tak perlu repot-repot untuk
mengeprint di tempat lain. Dan printer ini 3 in 1 loh, ia bisa print,copy &
scan. Sangat berguna bukan hehehe (ini bukan iklan ya, tapi kalau ada pihak HP
yang mau menjadikan aku sebagai model iklan aku tak menolak.)
Dibelakang printer ada lampu belajar yang kubuat sendiri
dengan paralon, itu terinspirasi dari acara televisi tentang dekor rumah, yah
aku memang senang dengan acara televisi macam itu tentang dekorasi ruangan atau
desain interior. Dulu sempat terfikir ingin masuk fakultas Desain Interior dan hal alinnya yang mungkin aku bahas dilain tulisan. Disamping printer ada lemari baju susun yang kususn sedemikian rupa sehingga
menjadi meja untuk televisi yang kudapat adri Toko Bagus, yang slogannya
klik, ketemuan deal itu. Diatasnya ada Boneka Stitch, alien biru yang sangat
lucu, jujur ia adalah karakter disney yang paling kusukai setelah Woody dalam
film Toy Story. Diatas dinding yang biasa kusebut wall of fame ada banyak foto
kenangan baik itu foto keluarga, teman, atau gambar lainnya. Tapi dari foto-foto
itu hanya tiga yang menjadi Favoritku dan kupandang lama sambil tersenyum-senyum sendiri yaitu fotoku bersama Mbak Dee
Lestari penulis Supernova yang fenomenal itu, lalu Kurt Hugo Schneider salah
satu artis Youtube asal amerika favoritku dan foto bersama kedua orang tuaku
yang kini sudah bercerai. Didepan televisi ada sebuah kipas angin cukup tua
berwarna pink yang sudak tidak bisa berputar kanan-kiri tapi masih bisa menyala
jika diputer terlebih dahulu, seperti saat ingin menyalakan motor istilahnya di
starter dulu. Kamarku punya dua daun jendela yang kacanya hitam, sangat-sangat
tidak indah bukan. Terlebih lagi ada tralis kokoh yang serasa dipenjara. Huff rasanya
mataku mulai berat dan perlahan terpejam lalu gelap semuanya.
#MenulisSetiapHari #ODOP #MingguKeduaMaret
0 Comments