Minggu pagi aku masih
menggeliat-geliat diatas kasur. Mencari bantal dan selimut yang sudah tidak
pada tempatnya seperti semalam saat aku mulai terlelap dengan mereka masih
lengkap berada disisiku.
Rasanya malas sekali aku untuk
terbangun(lagi) hari ini. Seketika pikiranku disibukkan oleh masalah-masalah
yang tak berhenti bermain dikepalaku. Membuatku makin pening, dan ingin
terlelap lagi untuk mengusir masalah itu pergi.
Tapi mataku malah mendustaiku dan
membuatku tetap terjaga. Kuraih handphone yang berada dibawah bantal untuk
sekedar mengtahui ada kabar apa gerangan dari grup-grup yang aku ikuti, sambil
terus mengerjap-ngerjapkan mata yang masih belum stabil terkena cahaya mentari.
Ada beberapa chat Jalur pribadi
yang aku tak berniat untuk membukanya, apalagi membalasnya. Aku mencoba
memanjat obrolan di grup yang selalu ramai itu. Aku juag tak berniat untuk ikut
didalamnya. Ku dengar sayup-sayup obrolan diluar kamar antara kakakku dan Bapak
yang sedang bercakap via telpon. Bapak sedang sibuk mengurus acara lamaran
adikku(adik tepat dibawahku yang baru lulus tahun lalu), ya katanya adikku akan
menikah lebaran haji ini.
Sedangkan aku?? Ahh sudahlah aku
belum mau memikirkan itu, bagiku perjalananku masih jauh untuk membangun
keluarga. Aku belum siap lahir batin. Yang ada dipikiranku saat ini adalah bagaimana aku harus lulus tahun
depan menjadi wisuda dan menjadi contoh untuk kedua adikku yang masih sekolah agar
mereka bisa melanjutkan studynya menjadi sarjana.
Entah perasaan dongkol makin
menggerogoti begitu teringat semalam yang mendapatkan perlakuan yang agak
menyinggung perasaanku. Aku merasa kebaikanku selama ini dipermainkan oleh
mereka.
Aku coba mengusir rasa kesal yang
menumpuk dengan menonton film Thailand yang baru ku download, biasanya aku
terhibur dengan film-film thailand. Tapi tidak kali ini, mungkin karena filmnya
yang agar sedih dan sesuai seperti diriku tokoh utamanya, aku makin terpuruk
jadinya.
Aku lihat handphoneku ada notifikasi
dari grup belajar yang mengingatkan untuk pembelajaran hari ini jam satu siang
seperti biasa. Aku tak juga menghiraukannya, pikiranku sedang tak bisa diajak
berkonsentrasi dan bersosialisasi hari ini. Segera saja handphoneku ku ubah
menjadi Mode terbang, agar tak ada sms, telphon apalagi chattingan-chattingan
masuk ke handphoneku.
Aku lihat langit diluar ternyata
sudah hujan sejak tadi. Tirai-tirai hujan membasahi bumi, membuat genangan air
dimana-mana. Sepertinya langit ikut merasakan apa yang kurasakan.
Kulihat jam di laptopku sudah
menunjukkan jam satu siang. Aku belum shalat Dzuhur, segera ku kamar mandi setelahnya berwudhu dan menunaikan shalat
barang kali hati bu bisa tenang setelah shalat. Seusai shalat hatiku agak
baikan, Hujan diluarpun sudah tak deras hanya sisa-sisa gerimuis masih menggelayut
disana. Segera ku ganti baju dan mengambil ranselku dan pergi keluar rumah
tanpa membawa motorku.
Sudah lama aku tak berjalan kaki
sejak ada motor, aku merindukan berjalan kaki sepertinya. Biasanya aku kalau
sedih suka berjalan kemana saja tak tentu arah sambil mendengarkan lagu mellow
dari handphone. Aku langkahkan kakiku ke jalan besar dan menyetop metro mini
kearah blok M lalu dari sana lanjut menaiki busway menuju senen.
Aku berjalan menyusuri senen yang
tampaknya tidak hujan, karena jalanan disana kering tanpa ada bekas genangan
air sisa hujan. Kulihat para pedagang baru saja membuka lapaknya, kebanyakan
pada pedagang baju bekas import yang dijual mulai dari Rp 5000 hingga Rp 50.000.
Tujuanku hanya satu, toko buku
langgananku semoga saja tidak tutup. Aku terus menyusuri pasar senen yang
dipadati pedagang dan pembelinya. Sesekali menegok barang yang dijajakan tapi
tak tertarik sama sekali.
Sesampainya disana sedikit lega karena toko buku
langgananku masih buka segera saja aku mencari buku yang ingin kubeli,
sayangnya dari tiga buku yang kucari hanya dapat satu saja. Hemm ya sudahlah,
mau bagaimana lagi. Karena tak ada apa-apa lagi yang aku ingin beli segera
kulangkahkan kakiku menuju masjid dibelakang pasar Senen dan beristirahat
disana sambil menunaikan shalat Ashar.
Sesekali membuka handphoneku dan
merubahnya ke normal mode takutnya ada chat penting. Beratus-ratus chat dari
grup atau jalur pribadi langsung banyak yang masuk ke handphoneku aku membelas
sekenanya saja.
Lalu pergi kembali ke halte
busway untuk pulang. Entah pulang dalam definisi yang mana? Aku masih bingung
dengan definisi kata “pulang” dan “rumah”.
4 Comments
Bang Ian kenapa?
ReplyDeletenggak knapa-knapa mba Lisa, cuma agak kesel hahaha
DeleteBang ian bintangnya APA sih...
ReplyDeleteNah lo gagal fokus klo ini
hahaha saya mau diramal mba?? saya Virgo mba wid.
Delete