“NGGAK!!!!” teriak Nina keras, ia mengigau. Bulir-bulir
keringatnya yang sebesar biji jagung membasahi wajahnya yang tampak pucat.
Nafasnya memburu seperti habis berlari maraton. Dadanya sesak. Ia langsung
berjalan menuju dapur. Kerongkongannya terasa kering, ia mengambil sebotol air
dari dalam kulkas, dengan cepat ia meneguk air itu hingga kandas. Ia habis
bermimpi, mimpi yang sangat buruk.
*******
“Nin, kamu
kenapa? Kok keliatan pucet?” tanya Micky kekasih Nina. Ia langsung duduk
disebelah Nina. Ia memegang dahi Nina yang terasa sedikit panas, tapi ia hanya
menggeleng kecil.
“Kalau kamu
nggak enak badan, pulang aja. Mumpung belum masuk, aku anter ya?” tawar Micky,
ia memandang wajah Nina lekat-lekat berusaha mencari tahu apa yang terjadi
dengan kekasihnya itu lewat matanya. Nina menggeleng lagi.
“Yaudah kalau
gak mau!!” akhirnya Micky menyerah sambil membelai rambut Nina.
“Besok aku mau
pergi ke Bandung, ada pertandingan persahabatan sma SSB Bandung” Nina kaget
mendengar Micky akan pergi, wajahnya lebih pucat dari sebelumnya. Ia teringat
akan mimpinya, didalam mimpinya ia melihat Micky kecelakaan dalam perjalanan.
Mimpinya seperti sebuah peringatan.
“Nggak!! Kamu
nggak boleh pergi” larang Nina. Micky bingung kenapa Nina mencegahnya.
“Kenapa??”
“Pokoknya kamu nggak boleh pergi”
Nina memohon.
“Sayang, Cuma
dua hari aja kok aku disana, nggak lama. Kalau kamu mau ikut, Biar nanti kita
berangkat pake motor aku”
“Maksud aku bukan itu Mik”
“Terus apa? Aku nggak mungkin nggak
ikut. Aku kaptennya!!” Nina tak tahu harus bagaimana menjelaskannya kepada
Micky, hanya air matanya yang mulai jatuh membasahi pipinya lalu ia pergi
meninggalkan Micky yang masih bingung dengan sikap Nina yang berubah menjadi
aneh.
*******
“MICKY!!” pekik
Nina, air matanya keluar karena pelupuk matanya tak bisa menahan air mata yang
keluar deras.
“Mik, Bangun Mik! Jangan tinggalin
aku” Tangis Nina, ia melihat Micky terbujur kaku dalam peti mati. Wajah
meneduhkan Micky yang selalu menghiburnya kini hanya terlihat damai. Ia pasti
akan merindukannya, sangat. Tak akan ada lagi mata mengerling genit lagi
padanya, tak ada pula senyum yang bisa membuatnya bahagia. Kini Micky hanya
seonggok jasad yang tak bernyawa.
*******
“Nggak masuk akal Nin, masa kamu
nglarang aku pergi Cuma karena mimpi konyol kamu itu” Micky mengejek Nina tak
percaya dengan apa yang dikatakan Nina, apa-lah arti sebuah mimpi? Mimpi-kan
hanya buah tidur. Micky sengaja kerumah Nina, untuk memastikan keadaan Nina.
Karena saat jam pelajaran olahraga tiba-tiba pingsan, padahal biasanya Nina-lah
yang paling bersemangat dalam pelajaran olahraga.
“Mik, Please percaya aku kali ini
aja!”
“Hidup mati itu hanya ada ditangan
Tuhan, bukan dari mimpi kamu itu. Kalau Tuhan berkehendak bisa aja sekarang
juga aku mati. Sudahlah kamu sepertinya emang butuh istirahat. Kalau kamu
khawatir kamu bisa ikut. Tapi kalau nggak mau yaudah aku janji setelah pulang
dari Bandung, aku langsung kerumah kamu! Aku akan buktikin ke kamu kalau
mimpikamu itu salah”
*******
Micky tidak sabar menunggu bus yang
ia tumpangai cepat sampai dirumah Nina, ia tak sabar membuktikan bahwa mimpinya
itu hanya sekedar bunga tidur yang tidak ada artinya. Buktinya ia sampai
sekarang masih sehat wa alfiat. Malahan dia dan timnya memenangkan pertandingan
itu padahal lawannya cukup tangguh yaitu dari Sekolah Sepak Bola andalan kota
kembang itu.
Handphone Micky berdering terlihat
nama Nina dilayar Handphone. Ia tak mengangkatnya ia ingin mengerjai Nina.
Tiba-tiba bis yang ia tumpangi Micky bergetar cukup hebat sepertinya bus-nya
habis menginjak lubang yang cukup besar sehingga membuat seluruh bus bergetar,
Micky sempat terantuk dengan jendela disampingnya.
Bus berhenti, tapi bukan ditempat
yang seharusnya, Micky sedikit gusar tapi tak lama kemudian Bus kembali melaju.
Sayup-sayup Micky mendengar sopir bus dan kernet-nya membicarakan tentang
kecelakaan. Tapi ia tak terlalu ambil pusing, paling itu akibat kecerobohan
pengemudinya.
*******
Micky berhenti di depan kompleks
perumahan Nina, lalu ia mengeluarkan boneka yang ia beli dalam perjalanan
sebelum pulang untuk hadiah Nina dari ranselnya. Pasti Nina senang pikirnya. Ia
mempercepat langkahnya menuju rumah Nina yang sudah terlihat didepan.
“Permisi!!” Micky mengetuk pintu
rumah Nina yang tampak sepi, padahal biasanya ramai karena jadi base camp teman
kakak laki-lakinya. Micky mengetuk kembali pintu rumah Nina lebih keras.
“Mas Micky, ada apa mas? mau ngambil
baju ganti buat Mbak Nina ya? Gimana keadaan mbak Nina Mas? Mbok khawatir” ujar
pembantu keluarga Nina memberondongnya dengan pertanyaan.
“Maksud Mbok apa sih? Saya nggak
ngerti” Micky bingung.
“Loh, Mas Micky belum tahu kalau mbak Nina Kecelakaan tadi siang?”
“Di Rumah sakit mana Mbok, Nina di rawat?”
mbok Sri memberi tahu Micky dimana Nina dilarikan setelah kecelakaan, ia cemas
takut terjadi sesuatu yang mengancam nyawa Nina. Micky langsung menuju rumah
sakit menggunakan ojek di depan kompleks.
Tubuhnya yang penat sejenak
terlupakan yang kini berubah menjadi kepanikan dan kecemasan yang menggangu
pikirannya. Pikirannya tak bisa berpikir dengan jernih ia memikirkan yang
tidak-tidak. Ia tak mau sesuatu terjadi pada diri Nina, Micky berencana akan bertunangan
dengan Nina setelah lulus UN tahun ini dan setelah ia menyelesaikan S1-nya ia
ingin menikah dengan Nina.
*******
Micky setengah berlari menuju
ruanag ICU tempat pasien gawat darurat seperti kecelakaan pasti ada di ruang
ICU tebaknya.
“Micky!!” panggil suara berat yang tak
asing lagi baginya, itu suara ayah Nina. Ia menengeok ke arah asak suara itu.
Bener saja itu ayah Nina.
“Om, keadaan Nina gimana?” Micky
panik.
“Kamu
tenang dulu, ambil nafas. Kamu keliatan capek banget!”
Micky mencoba tenang dengan
menarik nafas dalam-dalam. Ayah Nina lalu mengantar Micky ke ruang dimana Nina
dirawat, keadaanya sudah membaik. Tidak ada luka serius yang didapat Nina,
hanya saja dahi Nina memerlukan beberapa jahitan karena dahinya terantuk
dashbord mobil salahnya sendiri karena kebiasaan Nina tak memakai sabuk
pengaman.
Kejadiannya karena mobil yang
dibawa oleh kakaknya diserempet sebuah mobil jeep yang pengendaranya sedang
mabuk. Untungnya mobil hanya menabrak pembatas jalan. Kakak Nina tidak terluka
karena ia memakai sabuk pengamannya ia hanya sedikit shock.
“Nin, kamu hampir bikin aku
jantungan tau!” keluh Micky begitu menghampiri Nina yang masih terbaring lemah.
“Maafin aku ya Mik, aku ceroboh.
Ini gara-gara aku maksa bang Nano nganter
aku ke Bandung. Tadinya aku mau bikin kejutan tapi kejutannya malah
bikin kamu hampir jantungan” Nina menyesal.
“Makannya kamu jangan terlalu
mikirin mimpi kamu itu jadinya kayak gini deh!”
“iya deh, sekali lagi aku minta
maaf” sesal Nina.
“Lain kali kamu jangan percaya sama
mimpi kamu!”
“Tapi
tadi aku ngimpi kita akan menikah, dan punya anak yang lucu-lucu, itu juga
nggak boleh?”
Kalau itu sih nggak apa-apa! Dan
itu emang akan jadi kenyataan” jawab Micky sambil menggengam tangan Nina erat,
ia takut sesuatu terjadi pada Nina lagi. Hampir saja ia kehilangan Nina. Terima
kasih tuhan telah menjaganya untukku bisik Micky dalam hati.
3 Comments
Endingnya bikin tersenyum
ReplyDeleteCieee.... Ahiiyyu...
ReplyDeleteAku kira bakal jadi nyata mimpinya, udah tegang aja, hehehe
ReplyDelete