“Sit, masih banyak?” tanyaku di
tengah tangga. Kaki sedikit gemeter, karena sejak tadi naik turun tangga sambil
membawa kardus-kardus besar berisis sepatu. Sudah ada 30 dus yang diangkat dari
luar sampai ke lantai dua. Sebenarnya barang ini harus naik ke lantai empat,
tapi karena posisi saat ini hanya berempat orang yang stay di gudang, jadi kita
memutuskan untuk menaruhnya di lantai dua untuk sementara waktu. Besok kalau
sudah anggota lengkap baru kita estapet sampai ke lantai empat.
“Masih kak, ada setengah lagi mah.” Balasnya dengan nafas terengah. Untuk bersantai sebentar, kami duduk di anak tangga sebelum Bang Noval dan Pak Tino yang mengeluarkan barang dari mobil box sampai di pos kami(karena estapet kita membuat pos masing-masing, dari mana kemana).
“Kak ngrasa nggak sih geter?”
tanya Siti was-was. Akupun memperhatikan sekitar, karena sebelah ruko kami ini
bersebelahan dengan Café Karaoke, jadi aku biasa saja. Tapi aku perhatikan
pegangan tangga bergetar dan sangat terasa saat aku memegangnya.
“Iyya sih kayaknya. Hayoloh Sit,
jangan-jangan ini tangga mau Roboh, macam di BEI kemeren” aku
menakut-nakutinya.
“Eh, iyya lagi…” dia hanya
nyengir-nyengir dan mulai beranjak dari tempatnya duduk hingga ke ujung tangga.
Sedangkan aku masih duduk santai melemaskan kaki dan tanganku yang terasa
otot-ototnya mengejang, karena diajak beraktivitas fisik seperti ini.
Gludak-gludak-gludak…
Gludak-gludak-gludak…
Suara seperti barang jatuh
terdengar keras dari lantai empat, seperti ada yang dengan sengaja menjatuhkan
sesuatu. Aku menelan ludah, berpikir cepat siapa yang ada diatas? Karena diatas
gudang. Sedangkan lantai tiga yang jadi kantor sedang tidak ada orang. Karena semua
sedang di bawah membantu mengangkut barang. Aku jadi teringat beberapa kisah
misteri di tempat kerja ini, dan aku pernah mengalaminya sendiri, namun tidak
terlalu seram sih penampakan yang muncul. Mereka hanya menyerupai salah satu
temanku saat ini. Terlebih lagi, bayangan hantu di film Insidious 4 yang
kemarin baru aku tonton, tiba-tiba muncul begitu saja. Merinding seketika, namun
saat aku bangkit aku merasakan getaran yang cukup hebat hingga aku terhuyung
hampir menabrak tembok di sisi kananku.
Aku segera berlari, menyusul Siti
yang sejak tadi sudak kabur karena merasa tidak enak saat ada getaran pertama. Begitu
sampai di halaman depan ruko aku melihat banyak orang yang ikut keluar dari
ruko dan mall sehingga memadati jalan.
“GEMPA BUMI WOY” teriak sebuah
suara, diiringi suara riuh orang berbicara dan teriak panik secara bersamaan.
Kakiku masih gemetar karena getaran yang kuat tadi. Dalam hati, aku merasa
sedikit lega ternyata gempa. Bukan hal yang lainnya, dasar penakut!!
#onedayonepost
24 Comments
Tapi gempanya bikin serem ya mas Ian
ReplyDeletehahaha lumayan mbaNov
DeleteHebat nih ide dan tulisannya up to date .
ReplyDeletehahaha... lucu sih aslinya pas kejadian kmrn
DeleteJadi akunya itu kakak yah? Siti?
ReplyDeleteiyya, siti my pren workk wkwkwk
Deletemantap mas, udh kawakan kayaknya nih
ReplyDeletehahaha biawak kali temennya buaya..
DeleteEmg kalo penulis mah apa aja bisa jadi ide ye mas.. wkwk
ReplyDeleteKeren lah...
wkwkwk ini sekalian curhat yang di fiksikan..
DeleteBaru tahu kalau penakut....:)
ReplyDeletehahaha
DeleteEndingnyaa, kirain tadi mau cerita suketi. Suka alurnya 😄👍
ReplyDeletewkwkwkwk...akhirnya sempet baca juga nih tulisan. Besok kalau di jogja siap-siap langganan ya bang hehe
ReplyDeletehahaha sering ya?? asikk dong bisa bergoyang tanpa alunan lagu dangdut
Deletebelum pernah ngerasain gempa
ReplyDeleteAlhhamdulillah ya bun, semoga nggak ngrasain gempa. seremm
Deletetulisan mastah itu yg kayak gini, keren.. up to date
ReplyDeletehahaha mastah itu kalau belum mateng ya Mas Yan??
DeleteEmang serem Kalo pas gempa lagi ada di dalem gedung...
ReplyDeleteiyya banget wkwkwk apalagi kalau di lantai atas..
DeleteApa pun bisa jd tulisan mah kalau mas ian nih
ReplyDeletehahaha ini lagi eling aja pengen nulis..
DeleteSangat update mas tian. Good.
ReplyDelete