Nggak, itu nggak berlaku untuk gue. Sejak menginjakkan kaki di semester enam gue harus membuang angan-angan buat liburan atau bersantai di hari minggu.
Why, ini udah final round. Bakalan ada pertumpahan darah di tahun terakhir ini.
Mata yang lebih banyak menatap layar laptop dari pada biasanya.
Tangan yang akan mengetik lebih banyak lagi.
Kaki yang akan lebih banyak berjalan mengejar dosen-dosen pembimbing.
Leher yang akan lebih sering dibalur conterpain.
Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa(yg ini bener soalnya ngutip dari bang Donny).
Iyup ini final battle yang harus gue menangin. Bagaimanapun caranya. Enam semester udah gue laluin dengan baik. And i have to survive till the end and to be a winner.
Pastinya udah nggak bisa santai lagi gue. Karena gue tahu kemampuan gue yang kauh dari anak-anak yang iq-nya tinggi. Dan kuliah adalah salah satu cita-cita jangka pendek gue. Gue pengen nunjukkin ke orang tua gue, bahwa salah satu anaknya bisa jadi sarjana(dan semoga kedua adik gue bisa melanjutkan hal yang sama)
Sebetulnya kedua kakak gue pernah kuliah, tapi gagal di tengah jalan. Sejak itulah mungkin Orang tua agak kecewa dengan kedua kakak gue yang nggak bisa menyelesaikan kuliahnya. Akhirnya gue yang kena ultimatum, mereka bilang gue boleh kuliah, asalkan pakai biaya sendiri.
Alhamdulillah Allah ngasih jalan untuk gue bisa kuliah. Walaupun nunggu dua tahun nganggur nggak kuliah(Dan gue harus mupeng liat temen-temen seangkatan gue dari tahun-tahun lalu masang DP wisuda, dan itulah salah satu alasan gue minder banget ogah ikut reunian sama mereka) karena harus nabung dulu. Itu adalah sebuah kenikmatan tersendiri bisa kuliah dengan biaya sendiri.
Walaupun tempat kuliah gue bukan di universitas ternama tapi gue harus tetep bersyukur. Lagi pula kuliah dimanapun sama baiknya. Yang terpenting adalah tekad dan kemauan belajarnya.
Ikut SMPTN pun gue angkat tangan. Jujur gue bukan orang yang punya IQ yang tinggi atau berprestasi di kelas. Gue sadar akan kemampuan otak gue sendiri, jadi beasiswa untuk masuk perguruan tinngi itu bagi gue cuma dongeng yang ada di novel-novel motivasi.
Tapi gue selalu inget pesan guru SMA gue dulu, he said "ORANG YANG PINTAR SUATU SAAT AKAN KALAH DENGAN ORANG YANG RAJIN" kata-kata itu terus terpatri dalam hati gue. Gue emang nggak pinter, tapi gue punya kemauan yang lebih.
Dan Alhamdulillah hasil semester terakhir gue dengan bangga bisa ngasih nilai ujian gue ke bapak yang nilainya A semua dengan jumlah nilai 4.00, benar-benar gue bangga ngasih nilai gue itu.
Gue ngbuktiin kalau saban hari gue pulang malem, sampe di telponin mulu kalo pulang lewat jam 10 itu ada hasilnya. Bukan asal nongkrong di kampus nglakuin hal nggak penting. You'll see daddy. Your son will make you proud with this. I promise, i will not let you down dad.
#OneDayOnePost
16 Comments
Semoga segera lulus dengan predikat memuaskan
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAamin Alahuma aamin, Makasih Mba wid.
ReplyDeleteSemangat bang iaaannnn....
ReplyDeleteBanyakin doa di setiap kesempatan.
Trust me, it's work!
orekkk kak sakii
DeleteMantap Mas ian... Semoga setiap pengorbananmu berbuah manis :)
ReplyDeleteAamin Alahuma aamin, Makasih Mba Ci
DeleteSemangat bang, semoga semuanya dimudahkan dan dilancarkan :)
ReplyDeleteAamin Alahuma aamin, Makasih Kang Andi
DeleteKereen bang sep, semangat semangat. Semoga nilai 4.0 dunia akhirat yak. Aamiin
ReplyDeleteAamin Alahuma aamin, Makasih Mba El
DeleteSelamat berjuang mas Ian. He will proud with you
ReplyDeleteAamin Alahuma aamin, Makasih Mba Estina
DeleteNah ini baru anak muda harapan bangsa, keep the faith Bang
ReplyDeleteNah ini baru anak muda harapan bangsa, keep the faith Bang
ReplyDeletehihihi makasih unclee
ReplyDelete