“Nayla, kau bengong lagi” Joel
mengagetkanku yang tengah bengong sendiri melihat bayanganku sendiri dari cermin
meja rias.
“Aku nggak apa-apa kok” ujarku mencoba tersenyum.
Joel dengan mesra memelukku dari belakang dan mencium tengkukku dengan lembut.
“Kalau ada sesuatu yang menganggu
pikiranmu ku mohon ceritakan padaku? Bukankah aku calon suamimu?” bisiknya di
telingaku.
“Bukan apa-apa, hanya masalah
kecil Joel. Lihat ada jerawat kecil di bawah daguku” bohongku sambil
memperlihatkan jerawat kecil yang memang baru tumbuh. Tapi bukan itu sebenarnya,
ada masalah yang lebih besar dari itu.
“Let me see. hemm its not a big
deal, dear” ujarnya sambiil memamerkan senyuman lebarnya yang selalu berhasil
membatku ikut tersenyum.
“Jangan lupa ya malam ini di
bataclan, we will rock!!” Joel mengingatkan bahwa malam ini kita akan menonton konser
Band metal kesayangan Joel. Joel mengecup keningku lalu pergi ibekerja seperti
biasanya. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku mencoba mengilangkan sesuatu yang mengganjal
dihatiku sekembalinya aku dari Indonesia.
*****
“Yu, nggak netep aja lagi di
Indonesia?” ujar Andin adikku yang paling bontot di malam terakhirku sebelum
kembali ke paris.
“Udah betah disana Din, Lagi pula
disini buat apa?? Malah bikin sakit hati” jawabku sambil mengingat kenangan
masa lalu yang menjadi alasanku kabur ke Negeri orang. Berharap kenangan itu
pergi, namun kenangan itu bagaikan hantu yang datang kapan saja dan selalu
menyesakkan hati.
“Mbakyu belum bisa nglupain Mas
Rizki ya??” tanya Andin polos, kalau saja bukan adik sendiri mungkin aku akan
menjambak rambutnya sekarang. Aku sudah tak ingin mendengar nama laki-laki itu
lagi.
“Sudah lupa Din, tapi sakitnya
masih ada” jawabku malas.
“Hihihi maaf ya Mbak” ujarnya
lagi, sepertinya ia senang melihat reaksiku yang berubah cemberut karena
mendengar nama Rizki.
“Udah ahh jangan ngomongin dia
lagi, kamu sejak kapan pakai kerudung panjang kayak gitu?” aku mengalihkan
pembicaraan.
“Sejak kapan ya?? Sejak tahu
kalau rambut itu aurat yang wajib di tutp mbak”
jawab Andin, sambil menyisir rambut sebahuku dengan lembut. Dulu aku
yang sering menyisir ranbutnya sebelum berangkat sekolah. Tapi kini ia tak
perlu lagi repot menyisirnya karena ia sudah menggunakan jilbab lebarnya.
“owhh”
“Mbakyu kapan mau nutup auratnya
juga?? Kata Pak Ustad, kerudung itu tamengnya muslimah. Untuk menghindari
fitnah. Tapi yang lebih penting, biar bapak nggak masuk neraka karena ulah
kita. Emangnya Mbakyu mau bapak masuk neraka karena kita nggak nutup aurat
kita? Soalnya itu tanggung jawab bapak memberi tahu anaknya untuk menutup aurat”
jelas Andin panjang lebar. Aku tertegun mendengar ucapan Andin. Sepertinya itu
sebuah tamparan bagiku, aku merasa tidak pantas menggunakan pakaian suci itu.
Bapak meamang sudah tiada sejak
aku lima tahun yang lalu, ia sakit keras. Apa Bapak akan masuk neraka karena
ulahku yang tidak menutup aurat dengan semestinya. Aku tahu Ayah sering
mengingatkanku akan hal itu. Namun aku hanya menganggapnya angin lalu saja.
Bersambung..
(Males bikin tokoh lain jadi nglanjutin pake tokoh Nayla & Joel di Cerpen "SENJA ITU" dan "BEGIN AGAIN"
#OneDayOnePost
7 Comments
Waah wah.. Lumayan bagus mas. Hayohh masih banyak typo. Nama sebuah band harus pake huruf kapital depannya ya.
ReplyDeleteUtk penulisan dialog mungkin bisa diperbaiki lagi Mas Ian.
Keep writing.
hehehe iyya mbak April Makasih masukannya :D
Deletesemangat bang ian...ditunggu lanjutannya
ReplyDeletesemangat bang ian...ditunggu lanjutannya
ReplyDeleteSiap Mbak Lisa..
DeleteAku kelewatan banyak tulisan bang bet. Ah kesel. Btw nama tokoh emang bikin pusiang pala awak yah. Hahahhaha
ReplyDeleteWah pesennya bagus tuh
ReplyDelete