slider

CERBUNG - Nayla Story Bagian 8 (We Dont Talk Anymore)




Joel
terpekur diujung tempat tidurnya. Ia marah, kecewa sekaligus. Nayla wanita yang sangat ia cintai, menghilang tanpa menjelaskan apa-apa. Pergi begitu saja tanpa penjelasan tentang keasalahan apa yang membuat ia meninggalkan dirinya. Sesekali ia mengambil handphonenya dan memandangi foto Nayla.

****

"Maaf aku telat Nay, kamu udah pesan?" Tanyaku pada Nayla yang hanya diam memandang keluar jendela besar disampingnya. Ia tak memandangku sama sekali saat aku berbicara dengannya. Pasti ada sesuatu yang tak beres, aku kenal betul dengan Nayla. Dan wajah sendu itu, wajah sendu kelabu itu lagi kini menggelayut diwajahnya. 

Aku ingat betul wajah sendu itulah yang dulu menarikku untuk masuk kedalam dunia Nayla yang begitu membiru. Apakah aku mengulang kesalahan yang dilakukan oleh mantan kekasihnya itu sehingga wajah itu kembali hadir dihadapanku? Oh tidak jangan, aku sudah berjanji padanya akan menghapus wajah itu selamanya. (Baca kisah sebelumnya Begin Again)

"kita sudah tidak bisa seperti dulu lagi Joel" ujarnya setengah berbisik. Ada kegetiran saat ia mengucapkan kalimat itu. Tangan kirinya sedikit bergetar namun ia coba menahannya dengan tangan kanannya, pertanda ia sangat sedih dan gundah. Ia benar-benar tidak bisa menyembunyikan apa-apa dariku. Sudah satu tahun kami tingggal bersama membuatku hafal betul karakternya. Dan sudah tiga tahun kami saling mengenal.

"I really dont understand what you mean dear" ujarku lembut sambil meraih tangannya namun ia menepis secepat kilat sehingga aku hanya meraih debu. Air mata yang ia tahan mati-matian akhirnya membuat aliran sungai kecil di kedua pipinya. Wajahnya makin terlihat mungil dengan kain penutup kepala yang ia pakai. Apa merka menyebutnya? Hijab, ya mereka menyebutnya seperti itu.

"I'm sory Joel, I cant" ujarnya lirih, terdengar nada putus asa saat ia melafalkan kata terakhirnya. Tanpa aba-aba ia berlari keluar restoran, meninggalkanku yang masih mencerna kata-katanya yang membuatku bingung. Aku mencoba kembali mengingat-ingat apa kesalahan yang aku buat sehingga ia begitu sedih dan memutuskan untuk meninggalkanku?

"NAYLAAA!!!" teriakku, Ia tak berbalik sama sekali. 

Dengan tertatih aku berusaha mengejar Nayla yang sudah ada ujung persimpangan. Kurasakan nyeri dipunggungku, kurasa luka tertembak itu masih belum benar-benar sembuh. Tanpa mengindahkan rasa sakit ini aku berlari mengejarnya sebelum ia menghilang dibawa oleh taxi yang berusaha ia dapatkan.

"BRUGGG" tubuhku limbung berdebum ke lantai trotoar yang keras, karena terantuk kakiku sendiri.

"JOOELLL!!!!" Nayla berlari menghampiriku dan membantuku berdiri. Tangan lembutnya menopang tubuhku, aku rindu jemari kecilnya yang selalu kugenggam disetiap malamku. Aku benar-benar rindu akan dirinya. Aku bisa melihat rasa itu masih menggelayut dimatanya, saat mata kami saling beradu. 

Kumohon maafkan aku ujarnya tanpa berkata, begitu yang kubaca dari matanya saat itu juga. Lalu ia berbalik dan memanggil taxi yang membawanya pergi menghilang dari kerumunan kota.

*****

Joel membelai lembut wajah Nayla yang ada di handphonenya. Seakan wajah itu benar-benar nyata dihadannya. Seminggu setelah pertemuannya di restoram itu Nayla memutuskan kembali ke Indonesia, dan tak ada kabar apapun yang ia terima dari Nayla. Awalnya ia menganggap Nayla menjauh karena masih trauma dengan kejadian di Bataclan. Sehingga ia memutuskan untuk tinggal sementara itu dirumah sahabatnya Nur, namun ia tak kembali dan malah pergi dari Paris mungkin untuk selamanya.

Apakah ia marah karena kejadian di Bataclan? Tapi itu sama sekali bukan salahnya , mana mungkin ia tahu akan ada kejaadian berdarah seperti itu saat ia bersamanya. Kalaupun ia tahu akan ada kejadian semacam itu mana mungkin ia akan mengajaknya kesana. 

Ia berani mempertaruhkan nyawanya untuk Nayla. Bagi Joel,  Nayla adalah segalanya. Ia satu-satunya orang sekaligus keluarha yang ia miliki. Orangtuanya entah kemana sejak ia kecil, Joel adalah anak yatim piatu yang diasuh di panti asuhan jadi ia menganggap Nayla adalah satu-satunya harta yang miliki saat ini. Entah bagaimana hidupnya saat ini tanpa Nayla, jika tahu begini akhirnya. Joel lebih memilih peluru-peluru itu menembus kepalanya.



Post a Comment

10 Comments