slider

PUISI - KEMBANG API


NGUING....
DUARRRR...
DUARRRR...
DUARRRR...

NGUING....
DUARRRR...
DUARRRR...
DUARRRR...

NGUING....
DUARRRR...
DUARRRR...
DUARRRR...

Lalu cahaya berwarna-warni indah melesat diudara.

Melukiskan keindahan dilangit gelap diatas sana.

Saling silih mereka berganti memamerkan keindahan corak dan warna.

Suaranya mengelegar, selaksa menggetarkan bumi dibawahnya.

Tengkukku tiba-tiba meremang.

Ngeri...

Tak dapat lagi ku nikmati keindahan yang membuat orang-orang disekitarku ber wah-wah saat mereka mulai meledak.

Mengabadikan setiap gerakan anggun nan angkuh.

Tengkukku kembali meremang saat bunyi mereka diluncurkan lalu disusul ledakan membahana.

Membayangkan saudaraku yang jauh disana juga sedang menyaksikan hal yang serupa.

Namun suaranya lebih memekakkan telinga.

Dentumanya mengelegar maha dahsyatnya.

Dan ledakkannya meratakan segalanya.

Mereka tak sempat mengucapkan ketakjuban buatan manusia yang maha angkuhnya.

Karena mereka telah menjadi debu atau serpihan daging berbau hangus.

Mataku perih terkena asap belerang yang kini bebas membumbung diangkasa.

Melingkupi bumi di hari yang sakral mereka.

Saat dimana secara bersamaan mereka melepaskannya ke udara secara membabi buta.

Aku kembali masuk kekamarku.

Meringkuk menggigil.

Membayangkan saudaraku nan jauh disana.

Jakarta, 1 Januari 2017

#savealeppo #savesyria
#odop #onedayonepost

Post a Comment

3 Comments