Cuaca diawal musim kemarau terlihat menyenangkan. Mentari bersinar terang namun semilir angin membuat suasana aman tentram.
Dedaunan bergesekan di dahannya, mengalunkan melodi alam nan syahdu. Perlahan aku melihat sosokmu mendekat, mengunakan dress biru selutut yang memamerkan kaki jenjangmu. Rambutmu-pun tak luput dari nakalnya semilir a gin sehingga anak rambutmu bak benang-benang layangan mengikut arah angin, namun itu malah membuat hadirmu semakin ayu dimataku.
Maha besar Allah yang telah menciptakan alam beserta dirimu untuk menggenapi hidupku. Aku bangkit dari bangku tempatku duduk sejak tadi. Jarakku dan jarakmu hanya tinggal lima kaki lagi. Tak sabar aku ingin merangkulmu dalam pelukanku. Rindu ini begitu menggerogoti diriku hingga tak terkendali.
Aku bisa melihat senyummu tersumbul malu, cacat dipipi yang membuat lubang kecil menambah manis senyuman itu. Lesung pipi kalau kata orang-orang.
Aku melirik buku yang ku pegang, membuatku semakin yakin akan apa yang akan aku lakukan sekarang! Tak ada kata nanti.
"Hai Zia" sapaku. Lalu kaku.
Engkaupun berlalu, melewati diriku sambil tersenyum malu-malu. Kembali hilang dari hadapanku.
Shit!! Bahkan dalam mimpi sadarku, aku masih gagu untuk mengungkapkan perasaanku. Aku merasa dongkol seligus marah, mimpi dalam tidurkupun berani-beraninya mengekang diriku. Mengkhianati diriku sendiri, percuma saja teknik lucid dream yang kupelajari selama ini. Seharusnya aku yang memegang kendali, dan bisa melakukan apa saja dalam mimpiku sendiri. Mungkin sebaiknya aku mempelajari teknik agar tak mati gaya saat berjumpa denganmu, daripada mempelajari hal semacam ini.
2 Comments
teknik lucid dream itu beneran ada ya mas?
ReplyDeletebener bener work gituh?
bener-benr ada tapi nggak selebay di inception ahahaha
Delete