Memori itu masih membekas.
Seperti jejak yang tercetak diatas lumpur sehabis hujan.
Seperti basahnya kaki telanjangmu yang menerjang rerumputan yang penuh dengan embun.
Berulang-ulang terputar, begitu manis sekaligus masam.
Hidup memang seperti itu, seperti langit biru yang tak tahu akan dihiasi awan berbentuk apa? Terkadang pula awan hitam menggelegar memecut bumi dengan kilat sekaligus memuntahkan air matanya. Atau bahkan dibiarkan sendiri.
Kini siapa yang akan bersenandung agar kau terlelap, saat malam tak membiarkan matamu terpejam?
Siapa yang akan mengecup keningmu saat kau resah?
Siapa yang akan mengantarkanmu pulang saat kau terlalu lelah Untuk berjalan?
Siapa yang akan menemanimu berjalan melewati langit kelabu yang kau suka?
Bukan aku!
Jakarta, 7 Juni 2017
5 Comments
Ibu
ReplyDeletemamak jauh huhuhu
Deletehiks
ReplyDeletetisu kak int???
Deletepuk.. puk...
ReplyDelete