slider

POST Santa dan Aksara Revolusi Toko Buku Konvesional



Toko buku itu sudah seperti surga bagi gue,  dan mungkin bagi sebagian orang pecinta buku seperti halnya gue. Disana gue bisa sesuka hati keliling rak demi rak berkali-kali sampai nggak kerasa beberapa jam sudahgue habiskan waktu disana. Gue suka banget ngliat cover-cover yang bagus. Baca sinopsis di belakang buku sebelum membeli, tapi yang lebih gue suka yaitu saat ada diskonan buku.

Selain itu, entah kenapa buku saat gue ada di toko buku gue seakan langsung dapat banyak ide. Seakan-akan buku-buku disana berlomba meneriakkan ide-ide gitu.

Tapi nggak semua daerah ada toko buku, jangankan toko buku besar seperti Gramedia. Toko buku kecil aja susah banget. Pengalaman gue yang tumbuh di
kota kecil, satu-satunya toko buku di kota gue ada di Pasar Pujasera, toko berukuran tiga kali tiga itu sesak banget sama buku-buku tapi lenggang oleh pengunjung. Dan pada akhirnya toko buku itu tutup sekitar empat tahun yang lalu berganti jdi toko baju seragam sekolah.

Terlebih lagi saat ini sudah banyak toko buku online yang semakin menjamur dan kadang jual harga bukunya lebih murah. Selain itu toko buku online nggak perlu toko fisik, nggak perlu karyawan yang harus berdiri selama jam kerja. Dan malah bisa buka tokonya dua puluh empat jam.

Salah satu toko buku kecil yang kena imbas dari perubahan pasar dari konvesional ke online ini adalah Aksara, mereka harus menutup dua tokonya yang ada di Pasific Place dan Cilandak TS. Jadi mereka saat ini berpusat di Kemang. Tempat mereka pertama kali membuka tokonya.

Aksara ini adalah toko buku yang menjual buku import yang biasanya nggak ada di toko buku besar. Selain itu Aksara ini punya desain toko yang keren alias instagramable banget. Pasti makin betah keliling-keliling rak.






Setelah menutup dua cabangnya, Aksara terus berinovasi agar mampu bertahan. Salah satunya dengan membuat Aksara bukan sekedar toko buku yang menyajikan buku-buku maupun alat tulis. Tapi saat ini Aksara menjadi wadah komunitas, tempat diskusi dan berbagi. Terlebih dengan adanya Kinosaurus mini cinema, Ruang Seduh yang posisi ruangannya pindah ke bagian depan, ada Lab Rana, donat kampung, analog photography, Mie Panjang Umur hingga Ganara Art Space yang memenuhi hampir 50 persen bangunan. Menjadikan Aksara menjadi tempat hangout yang asik.

Selain Aksara, ada toko buku independen POST yang di kelola oleh Teddy W. Kusuma dan Maesy Ang. Uniknya dari POST ini adalah, mereka hanya menjual buku-buku indie dan buku berbahasa inggris yang sudah dikurotori oleh Mas Teddy sendiri. Berbeda dengan gramedia dan toko buku lainnya yang hanya menjual buku, tapi POST juga memberikan rekomendasi dan diskusi sebelum membeli. Jadi bisa nanya-nanya dulu kira-kira buku yang cocok untuk kita itu apa. Tapi sayangnya POST hanya buka saat weekend yaitu jumat, sabtu dan minggu.

Gramedia sendiri setiap bulan ngluarin 1200 judul buku tahun 2018 ini, tapi kita nggak taukan yang bagus yang mana. Nah di POST inilah kita bisa rahu buku yang bagus dan layak baca itu yang mana terutama untuk genre sastra dan fiksi.
Tempatnya kecil, tapi selalau dipenuhi oleh pecinta buku

Selain bisa diskusi buku dengan pemiliknya langsung, disana juga sering kok ngadain kelas menulis atau diskusi buku atau dengan penulis. Kalau di Jogja kan ada tuh Cafe BasaBasi yang sering kedatangan penulis-penulis keren, di POST juga sering, minggu lalu baru mereka menghadirkan Sukutangan.


Jadi bagi yang domisili Jakarta dan sekitarnya wajib banget nih nyobain, tempat kumpul para pecinta buku macam Aksara dan POST. Sayang ya gue tau-nya telat, coba kalau masih di Jakarta pasti itu jadi tempat nongkrong yang haqiqi. 😂😂

Post a Comment

1 Comments