slider

RIP Sastrawan senior Nh. Dini




Beberapa menit yang lalu dapat kabar yang serupa dari dua grup kepenulisan yang msepertinya juga meneruskan dari grup lainnya. Yang berisi


“Barusan dapat informasi
Innalillahi wainnaillaihi rojiun, telah meninggal dunia novelis produktif, Ibu NH Dini di RS Elizabeth Semarang.”


karena takut hoax semata, gue coba cari di media sosial tapi belum nemu juga info yang akratnya. Terus tanya-tanya deh ke grup lain emang bener tentang berita meninggalnya NH Dini ini? karena penasaran banget, karena Nh Dini ini adalah salah satu penulis besar Indnesia.

Sempat baca juga karya beliau Yang Pada Sebuah Kapal udah lama banget pas jamannya SMA. Terus beberapa menit kemudian cari lagi di sosmed tentang berita ini eh dapet satu postingan gambar dengan quotes dan ada tanggal lahir dan tanggal wafat beliau yang menunjukkan hari ini. Dan akhrnya ada jawaban dari grup yang membenarkan berita tersebut seperti ini

“Menika saya forward dari WAG Fakultas.

Sastrawan besar N.H. Dini berpulang. "Beliau meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di jalan gombel. Mobil beliau tertimpa muatan truk di depannya saat perjalanan pulang dari tusuk jarum. Diduga gegar otak. Meninggal pukul 16.00 WIB. Saat ini jenazah masih disucikan di RS Elizabeth utk disemayamkan di Wisma Lansia Harapan Asri. Bsk stlh pukul 12.00 WIB akan dikremasi di pemakaman Kedungmundu Semarang. 

Demikian informasi yg baru saya dapatkan dari Br. Heri, kepala Bruder Wisma Lansia Harapan Asri Banyumanik Semarang" (sumber: WAG HISKI)”

NH Dini ini pernah meraih penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari pemerintah Thailand. Selain itu, Sastrawan senior N.H. Dini menerima penghargaan prestasi seumur hidup (lifetime achivement award) dari penyelenggara Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) pada tahun 2017. Dengan nama Lengkap Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin ini mempunyai beberapa karya yang terkenal diantaranya Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975) atau Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), dan Hati yang Damai (1998). Penulis boleh mati raganya, tapi ia akan terus hidup abadi dalam setiap kata yang ia pernah goreskan.

Innalillahi wa inna ilaihi Ro jiun. Semoga amal ibadah beliau diterima disisi-Nya. Aamin.



Post a Comment

0 Comments