"Apa yang terlintas dikepala kita
saat mendengar nama Sapardi Djoko Damono? Bob Sadino? Bu Tejo dari film pendek Tilik."
Sapardi Djoko Damono atau SDD, ialah seorang penyair andal.
Puisi-puisi yang indah. Seorang eyang dengan topi pet khas yang sudah melekat
sebagai aksesoris wajib Eyang Sapardi.
Bob Sadino, pengusaha hebat, laki-laki
yang suka mengenakan celana pendek dan sederhana. Pemberi banyak petuah-petuah
tentang kerja keras yang melegenda.
Sedangkan Bu Tejo? Hemm
kalian tafsirkan sendiri coba di kolom komentar.
Tokoh-tokoh di atas, adalah beberapa
contoh yang sudah mampu mem-branding dirinya dengan baik. Sehingga orang-orang
hanya dengan mendengar nama, atau membaca namanya saja mereka sudah langsung
tergambarkan, baik sifatnya ataupun sosoknya secara fisik.
Bagaimana Membangun Penjenamaan Diri/Personal Branding ini?
Personal branding bisa diraih
dengan waktu yang cukup lama dan bisa juga dengan waktu singkat. Untuk
membuat personal branding secara singkat, seperti Bu Tejo dan
artis-artis viral yang saat ini merajai sosial media bisa membuat sensasi atauh bahkan hoax. Namun biasanya begitu kepopulerannya redup, kita juga akan cepat dilupakan. Sedangkan personal branding
yang memakan waktu lama, mari kita pelajari bersama-sama di tulisan ini.
Ssebelumnya saya mau bertanya, apa sudah tergambar di kepala, apa sih personal branding itu? Apa masih bingung dengan Personal Branding? Singkatnya
Personal branding adalah citra diri(kita) di mata orang lain. Contoh lagi,
untuk barang ya. Aqua!! Pasti deh langsung terbayang air mineral dalam kemasan, ya
nggak? Nggak mungkin dong kalian langsung kebayang sirup marjan? Ngaco itu
namanya hehehe.
So penting emang seorang penulis
punya personal branding?
PENTING,
PENTING BANGET. Apalagi penulis pemula, itu sebuah kewajiban malah, untuk membangun Pernjenamaan diri ini. Kenapa? Ini akan berpengaruh dengan penjualan buku-buku
kita kelak saat akan kita terbitkan. Siapa coba yang mau beli buku yang penulisnya
aja kita nggak tahu. Bagaimana gaya tulisannya? Genrenya apa? Pasti kita
akan berpikir berkali-kali, sebelum membeli. Nggak mau kan membali
kucing dalam karung (walaupun rata-rata yang namanaya kucing itu lucu. Kecuali kucing
garong!) Tukang buat buku bajakan aja, nggak akan pernah buat buku bajakan dari
penulis yang nggak terkenal(kasarnya mah). Karena apa? Ya rugi dia-nya.
Masih ada beberapa teman-teman
di sini yang aku yakin malu menampilkan/share tulisannya sendiri di sosial
medianya. Padahal itu nggak baik dalam membangun personal branding sebagai
penulis. Malah seharusnya kita rajin-rajin share tulisan kita di sosial media. Karena
sosial media ini sangat efektif untuk mempromosikan (tulisan) kita.
Begitu juga seharusnya yang dilakukan
teman-teman yang berniat menerbitkan buku, setidaknya kita buat bocoran-bocoran
sedikit tentang proyek buku kita.
Nanti nggak supraise dong?
Mau gimana lagi? Karena posisi
kita sebagai penulis pemula, kita yang harus rajin-rajin mempromosikan buku
kita sebelum buku kita terbit. Syukur-syukur akan banyak yang tertarik dengan buku
kita, dan nanti saat sudah benar-benat terbit, bukunya akan laku keras bak kacang
goreng (Amin).
Penulis-penulis di wattpad kenapa
mereka banyak yang terkenal saat ini? Bahkan ada rak khusus untuk
penulis-penulis wattpad di beberapa toko buku. Karena mereka sudah punya pembaca,
mereka memperkenalkan cerita mereka dan ternyata banyak yang suka.
Jadi gimana dong buat personal
branding itu? Mari kita simak ya materi singkatnya dibawah ini, nomer empat
wajib banget kamu lakukan, tapi berat seperti rindunya Dilan ke Milea.
“Apa tujuan kamu ingin dikenal
orang lain?” pertanyaan ini, bagi seorang penulis pemula seperti aku (dan
mungkin kamu juga) tentunya, membuat orang-orang diluar sana mengetahui kita sebagai
penulis. Nah penulis juga kan macam-macam genrenya, ada fiksi dan nonfiksi.
Fiksi dan nonfiksi ini pun masih banyak dibagi-bagi lagi dengan puisi, cerpen,
novel, artikel, tutorial dan lain sebaginya.
Tentukan tujuan atau goals
penjenamaan diri kita, mau dikenal sebagai penulis apa? Usahakan fokus kesatu
genre dulu ya, jangan serakah. Tujuan atau goals harus bersifat jangka panjang,
ambisius, dan spesifik, misalnya:
·
Menjadi penulis puisi tentang patah hati yang
menjadi kiblat anak milenial jaman now.
·
Dikenal sebagai penulis tutorial pemrograman
python.
Nah setelah kita tahu tujuan penjenamaan diri kita untuk apa, mulailah membangun citra yang baru. bisa dimulai dengan nama pena. Penulis identik dengan nama pena, walau banyak juga penulis yang memakai nama aslinya. Coba buatlah nama pena yang unik, anggap saja kesempatan kedua untuk mempunyai nama yang disukai.
Kita harus benar-benar melakukan
riset yang mendalam untuk memahami unique selling point atau hal-hal apa yang
bisa membedakan diri kita dari penulis lain yang di luar sana. Yang terpenting
dalam hal ini adalah menemukan sesuatu yang kita bisa atau telah kuasai dan
orang lain belum ketahui. Kemudian, jadikan itu sebagai “superpower”, latih
terus menerus, dan jadikan itu ceruk atau genre yang kita banget.
3. Buat Konten yang unik dan
menarik
Setelah menetukan dan meriset
tentang apa yang ingin kita citrakan, kini saatnya action. Disinilah proses
kreatif diperlukan, ada banyak cara yang bisa kita lakukan sebagi penulis
pemula untuk membangun personal branding kita. Kita olah tulisan-tulisan kita
dalam bentuk video puisi, atau quotes-quotes yang kita ambil dari naskah yang
kita tulis.
Tools yang dipakai cukup dua,
sosial media dan aplikasi pengolah gambar/video. Aplikasi pengolah gambar/video
kita gunakan untuk mengolah tulisan kita itu. Anggap saja itu sebagai produk
kita, yang harus kita bungkus dan olah semenarik mungkin. Sedangkan sosial
media (instagram/facebook/twitter/blog dsb) kita gunakan sebagai toko yang
menampilkan produk-produk kita yang telah kita kemas tadi.
Tulisan, video, presentasi, foto,
dan berbagai macam konten akan berhasil memasarkan personal brand Anda hanya
ketika konten tersebut menarik dan bernilai bagi audiens kita. Perkembangan media sosial ini sangat pesat, nggak ada salahnya kita mengikuti tren untuk membuat konten-konten menarik itu.
Konsistensi adalah kata kunci
dalam membangun personal brand. Karena dengan mempraktikan secara terus
menerus, akan semakin banyak yang mengetahui apa yang kita lakukan. Apa yang
kita tulis. Apa kebisaan kita, sekaligus membuktikan kita bukan orang yang mudah
menyerah dan nggak anget-anget tai ayam. Dan yakin deh pasti kita akan memetik
buah dari konsistensi itu suatu hari nanti.
Sumber inspirasi tulisan dari : blog.sribu.com
11 Comments
Aku lebih cenderung ke nomor 4 yaitu konsisten. Intinya sih terus berkarya aja. Nanti kan bakal kerasa tuh "Kok, aku kayaknya nggak cocok di ini ya. Kok aku cocoknya itu ya". Jadi memang makan waktu banget. Dan jangan menyerah untuk terus berkarya. Teruslah berkarya setiap hari. Verba volant scripta manent (nggak tau artinya apa. Hahaaha).
ReplyDeleteyoahh kakak Sensei Zenn 😎😍
DeleteBagaimana kak kabar dari lucita luna , yang kakak maksud du halaman atas ? Hehehe....
ReplyDeletenggak tau aku, udah lost kontak wkwkwk
Deletehahah, personal brandingku pemalas yang suka nggak konsisten. kadang pengen nulis. tapi begitu buka laptop. malah pengen komen aja mas
ReplyDeletehahaha masih mending mas, koem kan juga nulis 😂😂
DeleteSip, bermanfaat sekali. Makasih, Mas .
ReplyDeletesama-sama Pak Parto
DeleteSaved. Makasih Mas Iyan^^
ReplyDeletesama-sama
DeleteIni nih yang masih bingung, karena di media sosial sudah dikenal nulis fiksi dan non fiksi (artikel), tapi di jaringan dikenal sama tukang desain. 😂
ReplyDelete