slider

Sindrom Detektif Pembaca dan Tahun Anjing Hiena




Sindrom Detektif Pembaca, adalah nama sindrom yang gue buat sendiri karena kerap kali menghampiri. Dan sering banget hadir saat gue lagi kena DL yang mepet dalam menulis. Jadi yang membuat sindrom ini menggangu adalah saat membaca buku kita gak bisa menikmati. Karena otak otomatis menganalisa bacaan itu, wah diksi baru nih, kok bisa gini ya jalan ceritanya? Rapih gitu. Oh POV satu yang bagus tuh kayaknya gini deh. Kalau gue mau buat kayak gini gimana ya? Dah banyak hal lainnya yang membuat kepala hampir meledak saat mengolah pertanyaan-pertanyaan semacam itu.

Bener deh itu melelahkan banget, disaat membaca itu harusnya jadi penyegaran malah bikin tambah kalut. Akhirnya jadi males baca dan pengennya rebahan. Setelah gue share gejala ini di IGS dan SWA ternyata gue gak sendiri, hampir semua teman-teman gue pernah ngalamin.
Banyak yang nyaranin, yaudah gak usah baca dulu. Rileks gak usah ngoyo dan memaksakan untuk membaca.

Ada pula yang bilang, coba baca buku yang ringan-ringan aja dulu sebagai selingan. Jangan yang berat-berat, biar Dilan aja itu mah.

So akhirnya gue mencoba menenangkan diri. Hari berikutnya gue gak baca buku, walau tetap baca status mantan #ehh. Setelah agak tenang, dan berniat dalam hati, bahwa membaca kali ini hanya sekadar untuk menghibur diri. Dan ajaibnya niat itu melunturkan auto analisis di otak gue. Gue pun terhanyut ke dalam cerita Semerket. Sebuah novel yang ditulis oleh Brad Geagley berjudul Year Of The Hyenas atau terjemahannya Tahun Anjing Hiena.

Sebenarnya ini novel detektif biasa yang mengungkap tentang pembunuhan gitu macam Conan, Sherlock Holmes atau cerita Agatha Christie.

Yang membuatnya menarik adalah Brad Geagley mengubah seting tempat dan waktu. Tempatnya di Mesir, dan pada masa Firaun Ramses 3. Kebayangkan gimana coba caranya mengungkap kematian ala detektif pada masa itu di Mesir? Belum ada peralatan canggih untuk tes DNA atau sidik jari macam sekarang, tentu sulit ya kalau dipikir-pikir.

Diceritakan Semerket seorang pria pemabuk dan suka marah-marah setelah perceraiannya dengan istrinya Naia. Ia merasa tidak ada gunanya lagi hidup, karena Naia satu-satunya wanita yang ia cintai. kakaknya yang tahu keterpurukan adiknya itu, memberikan tugas yang cukup berat, agar ia bisa lupa tentang Naia.


Sebagai mantan Juru Tulis Dinas Rahasia, ia diminta kakaknya Nenry untuk menangani kasus kematian Hetephras. Kematian seorang Pendeta wanita yang menggemparkan seluruh warga Thebes.

Fakta pertama yang ia dapat adalah, kematian wanita tersebut adalah pembunuhan. Bukan karena terjatuh di sungai Nil lalu tenggelam dan akhirnya jasadnya di makan buaya. Tapi ia dibunuh dengan kejam, yaitu dipenggal kepalanya menggunakan kapak.

Semerket pun menghampiri desa tempat Hetephras, untuk menemukan bukti lainnya. Sayangnya ia malah mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan dari penduduk desa itu. Mereka menolak dimintai keterangan, walaupun pada akhirnya Semerket dapat menanyai mereka. Tapi sayangnya setiap orang yang ditanyai Selalu memberikan jawaban yang sama. Yaitu kematiannya kemungkinan karena dibunuh oleh perampok atau pengemis yang sering ada disekitar desa.

Sikap permusuhan yang ditampakkan penduduk desa semakin membuat Semerket curiga. Bersama Qar, salah satu Medjay (Keamanan Makam Raja) mereka bukan hanya membongkar misteri dibalik kematian Pendata wanita itu, tetapi sebuah konspirasi besar yang membahayakan Firaun dan calon penggantinya.

Novel yang di alih bahasa oleh Lanny Murtihardjana ini enak dibaca. Sebagai Novel terjemahan, terjemahannya nggak kaku banget dan terasa pas. Nggak membingungkan seperti beberapa buku terjemahan yang pernah gue baca.

Deskripsi-deskripsi yang dihadirkan Brad Geagley juga cukup membantu bagaimana kehidupan masa itu, dan detail sekali deskripsinya hampir serupa dengan tulisan Dan Brown. Gue pun harus skip beberapa kalimat saat Brad menjelaskan bagaimana Semerket dan ahli bedah mengotopsi tubuh Hetephras. Ngilu tau rasanya ngbayangin dia mencungkil pecahan kapak yang tertinggal di otak Hetephras. Novel setebal 472 halaman ini pun bisa diselesaikan dalam 2 hari sahaja tepuk tangan dong buat gue wkwkwk 😂😂.


Sekian dan terima transferan...
#mswijaya #bookreviews

Post a Comment

3 Comments

  1. Keren. Dua hari! Tepuk tangan, tepuk kaki!

    ReplyDelete
  2. Yaa Allah, 2 hari? Kerennn...

    Cuma ada paragraf yang aku rancu bacanya kak. Entah salah letakin tanda baca atau memang begitu. Hehehe

    ReplyDelete