slider

#500UntukIndonesia




Entah udah berapa lama nggak posting diblog, selain karena sibuk ngurus seminar dikampus yang baru minggu lalu selesai. Berhari-hari begadang, siapin laporan ini itu. Ngurus keuangan, buat desain sertifikat, surat perizinan dan lainnya yang bikin mata selalu melek sampai jam satu malem dan bangun kesiangan.

Akhirnya masa itu berakhir juga, tapi kebiasaan begadangnya belum bisa ilang juga. Sebenenernya sih bisa aja buat nulis, Cuma rasanya sisa-sisa capek kemarin masih ada yang disebabkan busnya yang kena macet parah dari pergi sampe pulangnya. Bayangin aja dari Cianjur berangkat jam 11 siang dan sampe Jakarta jam 6 petang.

Horrible banget nggak sih perjalanan yang harusnya sebentar jadi buang-buang waktu selama 7 Jam. Udah Lapaer pasti dan mau tidur-pun nggak bisa nyenyak karena busnya sempit. Entah bagaimana pemerintah daerah harusnya find a way for this problem. Soalnya masalah kemacetan yang ada diantara jalur puncak itu setiap minggu pasti selalu terjadi.

Ibarat kata ada orang teriak-teriak bau bangke dan tau didepan rumahnya ada bangke tikus tapi dia gak mau nyingkirin. Seolah acuh tak acuh atau menutup mata dari sebuah masalah yang seharusnya dicarikan solusinya.

Ok lupakan masalah itu, lagi pula rasanya nggak akan ada juga pemerintah daerah yang baca blog gue ini. Dan kalau-pun baca juga nggak akan digubris.

Sebenenrnya gue pengen cerita tentang celengan bambu, yang gue maksud disini adalah celengan bambu milik anggota Tzu Chi. Kebetulan atasan gue saat ini orang Budha, dan diatas mejanya ada celengan itu, gue kira itu celengan pribadi. Ternyata itu adalah celengan yang ada periodenya buat dikumpulin secara massal pada acara tertentu. Atau mungkin kalau udah penuh bisa dituang di markas mereka. Entah gue nggak tau jelasnya, soalnya gue nggak kepo-kepo amat.

Yang gue salut itu ya sistem celengannya, dan  buat gue berpikir owh iya yahh. Kenapa Bangsa Indonesia ini nggak buat celengan yang kayak gitu buat ngbantu saudara-saudaranya yang kurang mampu. Dari pada kita ngasih ke pengamen atau pengemis yang nggak jelas juntrungannya. Karena menurut gue kalau kita ngasih dia saat itu juga, ya pasti bakalan abis hari itu juga. Bener gak??

Coba buat kayak gitu celengannya, yah sebulan 500 rupiah aja dan cukup sebulan sekali. Nah coba siapin kalkulator kita hitung sama-sama, 500  dikalikan dengan 1000.000 jiwa aja, sudah terkumpul Rp 50.000.0000 (Lima Puluh Juta Rupiah) sudah bisa membantu berapa kepala coba? misalkan kita berdayakan mereka dengan membuatkan mereka UKM?

Nah itu baru satu juta jiwa loh, bagaimana kalau 254,9 juta jiwa (Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) data Susenas 2014 dan 2015) Pendududk Indonesia ikut bersumbangsih dalam kegiatan ini? Kalikan sendiri coba.

Tapi harus ada yang mengelola uang itu, entah dari swasta atau pemerintah itu sendiri yang mau nglola. Tapi pastinya harus dikelola, biar bisa terorganaisir dan dapat membantu secara merata seluruh rakyat Indonesia yang msih belumm beruntung.

Padahal hanya lima ratus rupiah perbulan, nggak memberatkan bukan? Sebenernya itu sama kayak pihak bank yang mengambil untung dari para nasabahnya dengan pemotongan dari tabungan kita dengan dalih biaya adminstrasi atau apalah gue nggak ngerti. Tapi memnag itu kenyataannya tabungan gue dibang makin nipis setiap bulannya dipotong seribu sampai 25 ribu. But gue ikhlas kok. Itu berarti gue yang gaji karyawan bang tersebut.

Kadang kita sebagai manusia selalu berfokus pada sesuatu yang besar dan instan. Hingga terlupa akan hal yang kecil. Sama halnya kayak kita saat ini masih bisa bernafas, menghirup oksigen pernahkah terpikir untuk berterimakasih pada Allah atas oksigen yang ia berikan hari ini?

Mungkin ada satu dua orang yang ngangguk-anganggukin kepala setuju sama tabungan yang kalau bisa direalisasikan di negara Indonesia ini. Kalau kalian setuju, ayo dong gerak. Sebarkan postingan ini biar yag lain tau dan tergerak. Uang lima ratus sisa belanja dari alfamart atau indomart bisa bermanfaat buat orang disekitar kita. Yuk coba mulai sekarang dicoba gerakan #500untukIndonesia.

Post a Comment

1 Comments