slider

Filosofi Kolak




Siapa yang nggak tau kolak? Menu beberapa bahan dengan kuah manis campuran Gula merah dan santan ini, pasti disetiap rumah tersedia disaat bulan ramdahan seperti ini. Seenggaknya kalau nggak buat dirumah, banyak kok tukang takjil dadakan yang selalu siap sedia menyediakan menu yang satu ini.

Selain rasanya yang manis dan mengenyangkan, ternyata kolak ini punya filosofi yang dalam loh. Bukan hanya kopi saja yang punya filosofi, kola juga ada. Nah ternyata makanan kolak ini asal katanya dari bahasa Arab yaitu Khalik yang artinya sang maha pencipta.

Menu Kolak ini adalah salah satu strategi para wali songo zaman dulu untuk menyebarkan agama islam dibumi nusantara ini. Memang para wali songo ini perlu diacungi jempol dalam menyebarkan agama islam, tanpa kekerasan, tapi ia mempelajri kultur dan human need di nusantara, contoh lainnya lagi wayang golek, lalu lagu lingsir wengi dan lain-lainnya sehingga masyarakat Nusantara yang pada saat itu kebanyakan beragama hindu, jatuh cinta pada agama islam karena kehadirannya terasa menentramkan.

Lalu masih ada yang beranggapan islam selalu dibawa dengan menghunuskan pedang?

Oke balik ke kolak lagi, karena filosofinya tidak berhenti disitu, ternyata bahan-bahan yang didalamnya juga mengandung arti. Pisang yang biasanya digunakan dalam membuat kolak ini adalah pisang kepok, yang  merujuk pada kata “Kapok” berarti taubat untuk tidak melakukan(hal yang buruk) lagi. Lalu ada Ubi atau singkong yang dalam bahasa jawa sering disebut “Telo Pendem” pada waktu itu merujuk pada makna bahwa masyarakat harus mengubur kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat, sehingga bisa melanjutkan hidup dengan jalan penuh ridho Allah SWT.

Pada awalnya kolak ini disajikan pada bulan Syaban, atau satu bulan sebelum memasuki Ramadhan. Dimana pada bulan Syaban ini umat Muslim diajak untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai wujud ketakwaan menjelang bulan penuh berkah. Namun seiring perkembangan zaman, kebiasaan memakan kolak ini sebagai menu pembuka saat berbuka, bahkan saat ini tidak hanya hanya menjadi tradisi  jawa tetapi menjadi tradisi umum di bumi nusantara ini.


Jadi jika disimpulkan memakan kolak adalah sebagai tanda kita sebagai manusia berdoa kepada sang khalik untuk memendam segala dosa atau kesalahan yang kita punya dan sudah tidak ingin melakukannya lagi(kapok). Atau memohon maaf atas segala dosa yang telah diperbuat.

Kira-kira seperti itulah filosofi kolak. Kolak yang biasa dihidangkan sebagai menu pembuka saat azan tiba, baik dirumah, dikosan, di warteg atau dimana pun, ternyata penuh akan makna. Selain bisa menikmati manisnya kolak ini, kita juga bisa belajar untuk mengamalkan makna yang terkandung di dalamnya untuk lebih mendekatkan diri pada sang pencipta.  Ok selamat berpuasa dan jangan lupa beli kolak ya hari ini.


#onedayonepost #Return #imback

Post a Comment

3 Comments