( SAMASTA )
Kesha
mengajakku ke restoran seafood di ujung jalan. Jalanan terasa lenggang, bisa di
hitung oleh jari kendaraan yang melintas. Kesha terlihat menghela nafas sebelum
memasuki restoran tersebut, seakan ada kenangan buruk pada tempat ini. Aku
jelas tahu apa itu!!
***
( KESHA ON THIRD )
Perut Kesha sudah
keroncongan sejak tadi pagi karena belum sarapan, jadi siang ini ia memutuskan
untuk pergi makan siang bersama Arya dan Dian. Jarang sekali ia ikut makan
siang diluar, tapi setidaknya ia harus melakukan itu sekali-sekali. Bosan juga
rasanya di kantor selama delapan jam
penuh.
Mereka memilih makan di
restoran seafood belakang kantor tempat ia bertemu dengan Viona teman Agnes
minggu lalu. Sebenarnya ia ingin menolak baginya itu adalah tempat yang sudah
di blacklist dalam catatannya, namun
karena Dian yang sedang ngidam katanya ia ingin makan cumi bakar dan ikan bakar
yang terkenal enak disana, mau tak mau ia harus mengalah dengan ibu hamil
tersebut dari pada nanti ia di mintai pertanggung jawaban setelah anaknya lahir
jadi tukang ngces.
Mereka memutuskan untuk
berjalan kaki saja, karena memang jaraknya dekat dengan kantor, sehingga mereka
tak perlu repot-repot mengeluarkan mobil untuk kesana.
“Kita duduk disana aja
ya!” tunjuk Arya menuntun di depan sambil menunjuk meja kosong dekat jendela
besar yang menghadap langsung ke jalan raya. Kesha yang di belakang barisan
tiba-tiba melihat dua sosok yang ia kenal. Tariq terlihat kaget melihat Kesha
begitupun sebaliknya. Tapi Tariq dengan cepat tanggap menutupi kekagetannnya
itu dengan mengalihkan pandangannya ke buku
menu yang ada di depannya.
Tariq terlihat seperti
acuh dan tak mengenal Kesha. Tidak seperti Tariq, Kesha malah berhenti di tempat,
rasanya kaki-kakinya kaku tak bisa bergerak. Bagaimana mungkin ia bisa
berpura-pura tak mengenal Tariq?
“Kesha Kenapa? Kok
bengong disitu?” tanya Arya yang sudah duduk di tempatnya begitu memperhatikan
Kesha yang malah diam seperti patung, sedangkan Dian malah asyik dengan menu di
tangannya.
“Nggak Kenapa-kenapa
kok!” bohong Kesha segera melangkah menuju mejanya dengan langkah yang sangat
berat.
Tetapi matanya tidak
bisa lepas dari Tariq dan Agnes disana. Ada rasa ngilu yang sangat menyiksa di
ulu hatinya. Rasa laparnya mendadak hilang. Satu-satunya dipikirannya saat ini,
ialah lari dari semua ini. Pergi dari tempat ini sesegera mungkin.
“Di, Ar aku harus balik
ke kantor sekarang deh kayaknya. Aku lupa sesuatu” ujar Kesha lalu berdiri
meninggalkan Dian dan Arya.
“Kesha!” panggil Arya
yang bingung melihat Kesha tiba-tiba tidak bersemangat, padahal tadi di jalan
mereka asik membayangkan makan ikan bakar yang lezat, tapi kini ia malah pergi
begitu saja. Arya menatap Dian penuh
tanya. Dian hanya membalas dengan tatapan bingung juga sambil menggelengkan
kepalanya tanda tidak tahu.
***
( SAMASTA )
"Hai Alya,
apa kamu punya handuk kering? Boleh aku pinjam?" tanya Kesha pada wanita
penjaga restoran. Ia hanya menjawab dengan mengangguk atau menggelengkan
kepalanya. Entah bisu atau ia terlampau pendiam, bagi ukuran penjaga restoran
yang seharusnya ramah dan ceria jelas ia tidak termasuk kriteria.
Kesha
memberikan handuk yang tadi di berikan gadis bernama Alya, aku segera mengelap
bajuku yang lepek oleh air, rasanya sangat tidak nyaman, seakan aku sedang
mengenakan baju yang sangat ketat. Dan dingin tentu saja, di tambah pendingin
ruangan yang menyala membuatku menggigil.
Alya datang
membawakan teh panas yang mengepul. Aku mengucapkan terimakasih, dan ia hanya
mengangguk tanpa senyum dan kembali ke tempat duduknya di pojok meja kasir
dekat pintu masuk.
"Tempat
ini namanya apa tadi kau bilang? sam..samas?"
"Samasta"
jawab Kesha cepat sambil memperhatikanku lekat-lekat, seperti aku ini adalah sesuatu
yang dapat berubah sewaktu-waktu, sehingga akan sangat rugi jika melewatkannya
barang sejenak.
"Apa
itu?" tanyaku jengah, antara bertanya tentang apa itu samasta dan tatapan
macam apa itu??. Aku benci saat orang memperhatikan lebih dari lima detik,
karena itu membuatku seperti teralienisasi alias aneh. Terlebih kita tak bisa
tahu betul apa yang mereka pikirkan tentang kita bukan?.
Bersambung.. (Cerita sebelumnya di Pada Suatu Hari)
4 Comments
DItunggu lanjutannya bang..
ReplyDeletehahaha siap.. lagi males nglanjutin euy
DeleteWuihh...
ReplyDeleteAlam samasta
Lanjuuuut
ReplyDelete