Sejak kejadian tadi pagi, Lala
hanya duduk di kubikelnya. Meratapi kebodohannya tadi, adegan itu terus
berputar-putar di kepalanya. Betapa memalukannya dia, sekonyol-konyolnya ia
dimata sahabatnya ia belum pernah melakukan hal sekonyol dan sebodoh itu. Ia
begitu gugup tadi, apalagi saat kedua mata cokelat itu langsung menatap ke
matanya juga. Pandangan mereka bertemu, dengan cepat ia menepis pandangan yang
begitu tajam sehingga membuatnya terlupa hal apa yang akan dikatakan kepada
laki-laki itu.
Pekerjaannya pun tidak ada yang
ia kerjakan dengan benar, pikirannya kacau. Sesekali ia berteriak kecil,
mengaduh seperti anak kecil jatuh dari ayunan, atau meringis sambil menutupi
wajahnya karena malu. Padahal tidak ada siapa-siapa yang memperhatikannya.
Saat jam istirahat makan siangpun
Rika dan Aldo langsung menghampiri ke kubikel Lala. Sudah hampir tiga puluh
menit, mereka menunggu di food court
tempat biasa mereka makan bersama. Tapi batang hidung Lala tidak kelihatan juga,
handphone Lala-pun sulit di hubungi. Whatsapp
tidak dibaca, telepon pun tidak diangkat, pasti suasana hati Lala masih kacau
pikir mereka berdua. Jadi mereka segera makan terlebh dahulu dan membawakan
beberapa makanan kesukaan Lala.
Benar saja, Lala masih berada di
kubikelnya. Duduk dengan lemas, wajahnya ia biarkan diatas meja dan menatap
kosong ke dinding kubikelnya. Beruntungnya Boss Lala tidak datang hari ini.
“La, nggak usah dipikirin sih.
Nanti di coba lagi.” Rika menenangkan. Aldo hanya diam, mengiyakan omongan
Rika. Walaupun sebenarnya Aldo ingin mencela dan mengejek habis-habisan hal
bodoh yang Lala lakukan tadi pagi. Bahkan ia tak bisa berhenti tertawa geli,
jika mengingat kejadian tadi pagi. Ternyata cinta bisa merubah sifat orang tiga
ratus enam puluh derajat. Padahal dulu sejak sekolah Lala orang paling percaya
diri dan berani. Tapi di hadapan cinta, ia harus takluk dan menyerah. Bahkan
nampak bodoh!.
“Hemm...” Lala
hanya menggerung seperti kucing. Tak bersemangat walaupun ia mencium aroma sambal
kacang siomay Mang Acep yang khas dengan perasan jeruk limo, makanan favoritnya
yang dibawakan Rika dan Aldo.
“Ealah nih anak
lemah banget sih. Sini berdiri” Aldo akhirnya geregetan melihat tingkah Lala
yang seperti anak SMA sedang putus cinta. Ia membangunkan Lala dengan menjawil
kerah kemeja seragam Lala, seperti sedang mengangkat kucing liar dari got. Lala
tak protes apa-apa. Ia terbawa bangkit dari tempat duduknya, namun tangannya
terkulai di kedua sisi tubuhnya mirip zombie terkena sinar matahari. Lemas.
“Masih ada satu
lagi orang yang bisa menjadi penolong elu La” ujar Aldo enteng sambil memandang
laki-laki di ujung ruangan yang tengah mengambil air minum di dispenser yang
sengaja di letakkan disana untuk karyawan, agar tidak perlu repot-repot mengambil
ke pantry. Lala dan Rika mengikuti
pandangan Aldo. Mereka bertiga tahu, bahkan seluruh kantor tahu Rendy sejak
lama mengincar Lala untuk di jadikan kekasihnya. Tapi Lala selalu menolak
karena Rendy bukan tipenya. Rendy anak marketing yang tiap kesempatan selalu membawakan
hadiah-hadiah alias oleh-oleh apa saja, setiap dari perjalanan bisnisnya promosikan
produk-produk perusahaan mereka. Mulai dari empek-empek palembang, durian
montong sampai papeda, yang selalu dipaksa ia terima atas saran Aldo dan Rika
yang akan dengan senang hati menghabiskan semuanya. Bukannya Lala tidak suka,
tapi ia takut ada guna-gunanya. Sebuah pekataan yang Aldo cetuskan, padahal itu
hanya akal-akalan Aldo saja agar bisa memakan dengan porsi lebih banyak.
“Tenang La,
sebagai bakti gue terhadap elu. Lu nggak usah ngomong sama itu bebegik. Biar
gue yang nanganin. Lu diem-diem bae aja disini sambil ngopi.” Aldo menenangkan.
Lalu berjalan menghampiri Rendy dan mengajak Rendy berbincang serius. Lala dan
Rika memperhatikan Aldo dan Rendy yang bercakap-cakap dengan serius. Dan mereka
sesekali tersenyum dan mengangguk begitu Aldo menengok ke arah mereka dan
mengisyaratkan untuk mengiyakan. Setelah lima menit penuh dengan anggukan dan
senyum dipaksakan. Aldo kembali ke tempat Lala.
“Beres, tenang
aja. Dia mau menjalankan misi kita La.”
“Tapi ini
boongan doang loh Do, lu udah kasih tau kan? Nanti dia baper lagi.” Rika
mengingatkan.
“Iyye gue udah kasih tau Rendy.
Dan gue yakin misi ini berhasil, melihat Rendy yang akan jadi lawan main Lala.
Tinggal elu aja La, yang harus akting bener-bener suka sama Rendy. Kalau Rendy
sih udah kagak usah akting, bahkan tanpa sekenario pun dia bisa.” Ujar Aldo
lagi. Lala sejenak melupakan kejadian tadi pagi, dania dapat tersenyum.
Memikirkan rencana perjodohannya akan segera di batalkan. Tanpa sadar Lala
mengambil siomay Mang Acep yang tadi dibawakan Rika dan Aldo dan memakannya
dengan lahap. Yeah Lala is back!!
2 Comments
Wew. Label dibawah keren.
ReplyDeleteKeluar deh ITnya, mantap djiwa~
wkwkwk lebay dah
Delete