slider

Jodoh Untuk Lala - Part Empat



Sejak kejadian tadi pagi, Lala hanya duduk di kubikelnya. Meratapi kebodohannya tadi, adegan itu terus berputar-putar di kepalanya. Betapa memalukannya dia, sekonyol-konyolnya ia dimata sahabatnya ia belum pernah melakukan hal sekonyol dan sebodoh itu. Ia begitu gugup tadi, apalagi saat kedua mata cokelat itu langsung menatap ke matanya juga. Pandangan mereka bertemu, dengan cepat ia menepis pandangan yang begitu tajam sehingga membuatnya terlupa hal apa yang akan dikatakan kepada laki-laki itu.

Pekerjaannya pun tidak ada yang ia kerjakan dengan benar, pikirannya kacau. Sesekali ia berteriak kecil, mengaduh seperti anak kecil jatuh dari ayunan, atau meringis sambil menutupi wajahnya karena malu. Padahal tidak ada siapa-siapa yang memperhatikannya.

Saat jam istirahat makan siangpun Rika dan Aldo langsung menghampiri ke kubikel Lala. Sudah hampir tiga puluh menit, mereka menunggu di food court tempat biasa mereka makan bersama. Tapi batang hidung Lala tidak kelihatan juga, handphone Lala-pun sulit di hubungi. Whatsapp tidak dibaca, telepon pun tidak diangkat, pasti suasana hati Lala masih kacau pikir mereka berdua. Jadi mereka segera makan terlebh dahulu dan membawakan beberapa makanan kesukaan Lala.

Benar saja, Lala masih berada di kubikelnya. Duduk dengan lemas, wajahnya ia biarkan diatas meja dan menatap kosong ke dinding kubikelnya. Beruntungnya Boss Lala tidak datang hari ini.

“La, nggak usah dipikirin sih. Nanti di coba lagi.” Rika menenangkan. Aldo hanya diam, mengiyakan omongan Rika. Walaupun sebenarnya Aldo ingin mencela dan mengejek habis-habisan hal bodoh yang Lala lakukan tadi pagi. Bahkan ia tak bisa berhenti tertawa geli, jika mengingat kejadian tadi pagi. Ternyata cinta bisa merubah sifat orang tiga ratus enam puluh derajat. Padahal dulu sejak sekolah Lala orang paling percaya diri dan berani. Tapi di hadapan cinta, ia harus takluk dan menyerah. Bahkan nampak bodoh!.

“Hemm...” Lala hanya menggerung seperti kucing. Tak bersemangat walaupun ia mencium aroma sambal kacang siomay Mang Acep yang khas dengan perasan jeruk limo, makanan favoritnya yang dibawakan Rika dan Aldo.

“Ealah nih anak lemah banget sih. Sini berdiri” Aldo akhirnya geregetan melihat tingkah Lala yang seperti anak SMA sedang putus cinta. Ia membangunkan Lala dengan menjawil kerah kemeja seragam Lala, seperti sedang mengangkat kucing liar dari got. Lala tak protes apa-apa. Ia terbawa bangkit dari tempat duduknya, namun tangannya terkulai di kedua sisi tubuhnya mirip zombie terkena sinar matahari. Lemas.

“Masih ada satu lagi orang yang bisa menjadi penolong elu La” ujar Aldo enteng sambil memandang laki-laki di ujung ruangan yang tengah mengambil air minum di dispenser yang sengaja di letakkan disana untuk karyawan, agar tidak perlu repot-repot mengambil ke pantry. Lala dan  Rika mengikuti pandangan Aldo. Mereka bertiga tahu, bahkan seluruh kantor tahu Rendy sejak lama mengincar Lala untuk di jadikan kekasihnya. Tapi Lala selalu menolak karena Rendy bukan tipenya. Rendy anak marketing yang tiap kesempatan selalu membawakan hadiah-hadiah alias oleh-oleh apa saja, setiap dari perjalanan bisnisnya promosikan produk-produk perusahaan mereka. Mulai dari empek-empek palembang, durian montong sampai papeda, yang selalu dipaksa ia terima atas saran Aldo dan Rika yang akan dengan senang hati menghabiskan semuanya. Bukannya Lala tidak suka, tapi ia takut ada guna-gunanya. Sebuah pekataan yang Aldo cetuskan, padahal itu hanya akal-akalan Aldo saja agar bisa memakan dengan porsi lebih banyak.

“Tenang La, sebagai bakti gue terhadap elu. Lu nggak usah ngomong sama itu bebegik. Biar gue yang nanganin. Lu diem-diem bae aja disini sambil ngopi.” Aldo menenangkan. Lalu berjalan menghampiri Rendy dan mengajak Rendy berbincang serius. Lala dan Rika memperhatikan Aldo dan Rendy yang bercakap-cakap dengan serius. Dan mereka sesekali tersenyum dan mengangguk begitu Aldo menengok ke arah mereka dan mengisyaratkan untuk mengiyakan. Setelah lima menit penuh dengan anggukan dan senyum dipaksakan. Aldo kembali ke tempat Lala.

“Beres, tenang aja. Dia mau menjalankan misi kita La.”

“Tapi ini boongan doang loh Do, lu udah kasih tau kan? Nanti dia baper lagi.” Rika mengingatkan.

“Iyye gue udah kasih tau Rendy. Dan gue yakin misi ini berhasil, melihat Rendy yang akan jadi lawan main Lala. Tinggal elu aja La, yang harus akting bener-bener suka sama Rendy. Kalau Rendy sih udah kagak usah akting, bahkan tanpa sekenario pun dia bisa.” Ujar Aldo lagi. Lala sejenak melupakan kejadian tadi pagi, dania dapat tersenyum. Memikirkan rencana perjodohannya akan segera di batalkan. Tanpa sadar Lala mengambil siomay Mang Acep yang tadi dibawakan Rika dan Aldo dan memakannya dengan lahap. Yeah Lala is back!!

Part 1   |   Part 2   |   Part 3   |   Part 4   |   Part 5   |   Part 6   |   Part 7  |


Post a Comment

2 Comments