slider

Book Review : Di Surga Kita Dilarang Bersedih - Umar Affiq






Butuh waktu hampir sebulan untuk menyelesaikan KumCer berjumlah 308 halaman ini. Biasanya baca itu paling lama seminggu, apalagi KumCer kan. Tapi setiap baca beberapa judul cerita, i need space (istilah #anakjaksel nya mah). Pertama baca kata pengantar dan cerita pertama di buku itu, gue baper. Sedih kitu rasana teh abdi.

Karena gue lagi males bersedih-sedih ria, jadi baca bukunya di pending. Dan dilanjut nonton drama korea, biar bisa happy-happy yang haqiqi(red. Halu). Selain itu kesibukan duniawi gue yaitu, jaga warung, makan, tidur, nonton film, chat di wa, & mantengin IG Mantan.

Then, gue akhirnya dapat hidayah untuk melanjutkan. Beberapa judul cerita ke depan bikin ngeri, about murder/something. Tapi dari semua cerita yang ada di buku itu, gue paling suka dengan cerita yang berjudul 'Soledad' pas baca ini judul, mengingatkan lagu westlife yang judulnya 'soledad' yang artinya kepeleset in sundanese. Entah itu cerita apa khusus buat gue atau gimana, soalnya itu tanggal pembuatan tanggal 10 September. FYI ya itu adalah tanggal lahir gue. are  you big fans of me kak Umar?? .😆

Baca KumCer punya ini, rasanya macam nonton film. Makanya butuh jeda beberapa waktu untuk melanjutkan ke cerita berikutnya. Karena rasanya eman-eman(gak mau nyebut sayang, takutnya ada yang baper), sensasi setelah di dapat dari membaca satu ceritanya itu kayak kita abis nonton film di bioskop. Nggak mungkin kan nonton film lain lagi, selain mahal tiketnya. Dan feelnya tuh pasti akan keganggu banget kalau mau dipaksain. .(Jangan kan nonton, cinta aja kalau dipaksakan sulit)

Entah gimana cara blio(red. beliau) bisa menghidupkan kata-kata itu bisa bergerak in my head. Atau gue yang terlalu imajinatif, jadi baca cerita dalam KumCer ini serasa 3D gitu (yeu muji diri sendiri, dikeroyok massa!).

Selain itu diksi-diksinya yang dipakai asik banget. Dan beberapa kalimat sampai gue dalam hati said like this "kok bisa ya kepikiran pakai kata-kata ini, damn!!!" Bisa kali ya Kak @umaraffiq nanti kita pripat? ajarin gitu. ðŸ˜†

Dan fakta uniknya, ternyata kita pernah ketemu, saat masih di Jogja dulu. Tapi I'm not know him 😂, jadilah dia kang foto yang gue mintain tolong fotoin bersama @minigeka & @ciani_limaran
Coba kalau tau, besok-besok aing suruh fotoin ulang. Soalnya hasil fotonya kurang bagus. tuh liat aja sendiri pada penampakan foto dibawah ini.


Bukan pemeran sinetron orang ketiga ya kita 😆

Post a Comment

8 Comments

  1. Tinggal nunggu Mbak Hiday kesini. Pasti jadi salah satu yang ngeroyok!

    ReplyDelete
  2. Kalo bang Ian punya buku diary, pengen baca aku. Mirip2 hilman hariwijaya cara nulisnya 😊. Tadinya kukira ini resensi bukunya Umar, ternyata isinya curhatan. Lucu lagi ..
    Ato aku yang salah ambil kesimpulan ya? Maapkeun ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju Mbak. Curhat abiis. Dan dia memang punya diary

      Delete
  3. Aku jadi galfok. 😂
    Malah ngelihatin fotonya,

    ReplyDelete
  4. Aku jadi kepo gegara Emak Hiday bilang curhatan

    ReplyDelete