Beberapa bulan ke belakang ini, rame banget sama hal berbau mermaid/putri duyung. Bahkan sempat gue tengok sekitar tiga atau empat bulan yang lalu, olshop (red. Online Shop) rame sama seller/pedagang yang jual baju renang ala mermaid. Lengkap dengan siripnya yang ala-ala gimana gitu, dan gue mikir itu gimana gerakin kakinya ya kalau renang? Gue menarik kesimpulan, itu semua mungkin nggak terlepas dari sinetron di tv yang bertemakan mermaid.
Awalnya sih gue nggak tau kenapa di TV jadi banyak film bertema tentang mermaid, apa karena mau ng-remake sinetron putri duyung yang dimainin ayu Azhari jaman old. Or whatever-lah gue nggak mau ikut campur hahaha.
Awalnya sih gue nggak tau kenapa di TV jadi banyak film bertema tentang mermaid, apa karena mau ng-remake sinetron putri duyung yang dimainin ayu Azhari jaman old. Or whatever-lah gue nggak mau ikut campur hahaha.
But, now i know!! Kenapa di Indonesia ini lagi demam mermaid. Setelah gue telusuri secara dalam, setajam potongan kuku, ini semua berawal dari film drama korea yang berjudul “The Legend Of The Blue Sea”
Iyya film ini emang tahun lalu lagi booming banget. Setiap temen-temen cewek gue pasti nyuruh nyaranin nonton film ini. Namun sayangnya, waktu itu gue lagi tergila-gila sama drama barat Once Upon A Time. Dan baru minggu lalu gue sempet download film ini, dan hari sabtu-Minggu kemarin gue di rumah maraton nonton ini drama korea. Masih ada 7 episode yang belum gue tonton. Woahh, entah kenapa film korea itu bikin addicted banget ya wkwkwk. (Exactly I know the reason why, tapi buat postingan berikutnya. Tolong ingetin ya).
Iyya film ini emang tahun lalu lagi booming banget. Setiap temen-temen cewek gue pasti nyuruh nyaranin nonton film ini. Namun sayangnya, waktu itu gue lagi tergila-gila sama drama barat Once Upon A Time. Dan baru minggu lalu gue sempet download film ini, dan hari sabtu-Minggu kemarin gue di rumah maraton nonton ini drama korea. Masih ada 7 episode yang belum gue tonton. Woahh, entah kenapa film korea itu bikin addicted banget ya wkwkwk. (Exactly I know the reason why, tapi buat postingan berikutnya. Tolong ingetin ya).
Suddenly, gue berasa dapat pencerahan begitu nonton film ini, sejak episode pertama. Otak gue itu jadi macam di film-film gitu, mengait-ngaitkan semua pecahan puzzle dan mencocokkan semua pertanyaan (un-faedah) dalam kepala gue tentang Demam Mermaid di Indonesia dengan film ini.
Seperti yang kita tahu-lah ya, Indonesia itu harus punya pemicu agar sesuatu tiba-tiba menjadi booming or happening. Dengan kata lain sih para insan kreatif Indonesia langsung bekerja cepat, melihat respon baik terhadap film ini. Mulai dari bikin kartu-kartuan yang biasa kita beli 5000K dapet satu lembar A3, atau biasa beli eceran kita bisa beli perbaris. (Elah, ketawan kids jaman old-nya deh), kaos, sampai bikin sinetron atau FTV bertema mermaid. Bahkan film mermaid jaman Old juga ikut di tayang ulang, untuk menyemarakkan demam Mermaid. (pasti Tau dong yang mainin, Ayu Azhari sama Zainal Abidin).
Orang-orang indonesia itu semacam latahan, lagi musim mermaid semua pada bikin sesuatu yang berbau mermaid. Bikin film, bikin sinetron, iklan everything serba mermaid. Kemarin pada demam Goblin, jadi pada mau ikutan bikin film goblin ala-ala (Walaupun akhirnya nggak jadi).
Bahkan waktu gue masih kids dulu. Jamannya meteor garden, Indonesia-pun udah heboh bikin film yang serupa. Memang sih itu target marketing, yang menggiurkan karena memang ada pasarnya. Tapi kenapa kita nggak bikin tren sendiri gitu, semacam om tolelot atau misal bikin film drama series, tapi mengangkat kisah sangkuriang atau apapun yang asli nusantara ini. Dulu-pun kita sempat booming aksi percintaan dalam film “Tersayang” aksesoriesnya di sepanjang pasar penuh. Macam topi berwarna pink dan biru bertuliskan tersayang dan dan ada setangkai bunga mawar merah. Anak jaman old pasti punya deh aksesoris tersayang yang wajib di punya, kalau mau jadi anak yang gaul dan fungky.
Bahkan waktu gue masih kids dulu. Jamannya meteor garden, Indonesia-pun udah heboh bikin film yang serupa. Memang sih itu target marketing, yang menggiurkan karena memang ada pasarnya. Tapi kenapa kita nggak bikin tren sendiri gitu, semacam om tolelot atau misal bikin film drama series, tapi mengangkat kisah sangkuriang atau apapun yang asli nusantara ini. Dulu-pun kita sempat booming aksi percintaan dalam film “Tersayang” aksesoriesnya di sepanjang pasar penuh. Macam topi berwarna pink dan biru bertuliskan tersayang dan dan ada setangkai bunga mawar merah. Anak jaman old pasti punya deh aksesoris tersayang yang wajib di punya, kalau mau jadi anak yang gaul dan fungky.
Pendapat gue sendiri sih, ngikutin tren sih oke-oke aja, asalkan jangan selalu!. Kan ada Prinsip ATM, Amati-Tiru-Modifikasi tapi untuk saat ini kebanyakan masih dalam taraf Amati dan Tiru aja. Modifikasinya belum. Di film-film korea kan sering nih buat cerita yang ngyangkuti-nyangkutin tentang masa lalu atau saat jaman apa gitu. Kenapa kita nggak bikin cerita ala Zaman GajahMada. terus adakan yang mistis-mistis gitu, macam Goblin, kalau diliat-liatkan Goblin dimana-mana itu jelek, pendek tapi di Korea di Modif jadi orang yang super keren dan kaya raya. Nah di Indonesia, kenapa nggak bikin versi Genderuwo?? Pasti deh di jamin jadi penyegaran tersendiri. Jangan berkutat genderuwo adalah monster/setan yang seram. Coba kita cari sudut pandang yang lain. Misal, Gederuwo yang ini imut, cengeng dan menggemaskan. Pasti nggak akan ada lagi orng yang takut dengan pohon beringin, yang ada malah pengen ketemu Genderuwo yang super cute ini.
#onedayonepost
0 Comments