slider

Jodoh Untuk Lala - Part Dua


Lala menyetujui ide Rika yang cemerlang itu, tapi masalahnya bagaimana mencari laki-laki yang pas dan cukup meyakinkan emak?? Untungnya Rika mengajukan calon yang pas untuk menjadi kandidat yaitu Prass, mantan terindah Lala.

 Begitulah Lala menyebutnya, karena memang perpisahan mereka secara baik-baik kala itu. Di sepakati kedua belah pihak tanpa rasa sakit yang terlalu dalam. Bagi Lala Prass adalah cinta pertama dan terakhirnya kala itu, namun seiring waktu ia bisa menerima kepergian Prass memang lebih mementingkan kuliahnya saat itu. Satu tahun setengah lama Lala dan Prass menjalin hubungan, bertemu saat orientasi di kampus. Waktu itu mereka masih sama-sama mahasiswa baru dan satu kelompok saat ospek. Dan Prass memang satu-satunya pacar Lala sampai saat ini. Makannya mantan terindah tetap bersanding untuk Prass semata.

“Halo Prass?” kata-katanya menggantung. Ia ragu menghubungi nomer telepon Prass yang ternyata masih bisa di hubungi. Padahal tadinya ia berharap, Prass sudah mengganti nomernya. Sebuah artikel yang pernah Lala baca jika seseorang tidak mengganti nomer teleponnya selama sepuluh tahun, maka orang itu sudah bisa dipastikan sangat setia. Begitupun Prass, nomer telepon Prass sudah lebih dari sepuluh tahun. Ia sudah menggunakannya sejak SMP kelas dua, ia ingat pernah mengantar Prass ke pusat penyedia layanan providernya untuk melaporkan kartunya yang hilang karena handphonenya kecopetan. Walaupun memang agak repot, tapi ia lakukan karena terlalu sayang dengan nomer teleponnnya itu(Nomer telepon saja di sayang, apalagi kamu yakan??). Padahal lebih mudah membeli kartu yang baru, daripada harus pergi jauh untuk mengurusnya.

“Hai Lala ya??” tebak Prass dari ujung sana. Lala tersentak hingga hampir membuatnya membuang handphonnya.

“Kok bisa tahu sih??” Ujar lala dengan nada kecewa, padahal dalam hati ia was-was dan berbunga-bunga mengetahui Prass masih mengenal suaranya walaupun sudah hampir tiga tahun tidak saling menghubungi.

“hahaha mana bisa aku lupa La, suara kamu kan yang sering nemenin aku sebelum tidur dulu” Jantung Lala semakin berkedut-kedut kencang. Prass selalu saja bisa membuatnya menjadi orang yang spesial seperti martabak.

“Apaan sih, gembel” Lala manja.

“Hahaha...ada apa la? Kangen ya?” todong Prass lagi.

“kalau iyya emang kenapa?

“eeh beneran loh aku nanya, ada apa? Tapi sebenarnya aku tadi kepikiran pengen nelpon kamu, ada yang pengen aku omongin”

“Aku juga!” balas Lala cepat.

“kok bisa samaan gitu sih? Yaudah gimana kalau malam ini ketemuan ke cafe biasa tempat kita makan dulu?”

“Oke, deal ya” Lala girang, ternyata ide cemerlang Rika membuahkan hasil. Besok ia akan mentraktir Rika makan, janjinya dalam hati. Lala pulang lebih awal hari ini, ia ingin terlihat cantik di depan Prass. Entah bagaimana rupa Prass sekarang setelah tiga tahun tidak bertemu langsung, diam-diam Lala masih sering mengintai Prass lewat sosial medianya. Walaupun Prass jarang meng-update sosial medianya, tapi sesekali ia permah memposting beberapa foto baru, salah satunya saat ia sedang rafting bersama teman-temannya dalam rangka tour bersama rekan-rekan kerjanya. Prass terlihat makin tampan dengan garis-garis wajah yang tampak tegas ditambah kumis tipisnya.

****

Lala celingak-celinguk mencari sosok Prass, seperti biasa. Prass selalu datang lebih awal jika ada janji bertemu. Prass benar-benar sosok sempurna bagi Lala. Tapi karena ada beberapa hal yang membuat hubungan mereka goyah, maka dari itu hubungan mereka di cukupkan terlebih dahulu. Suasana Cafe belum berubah sama sekali, masih sama seperti dulu saat masa-masa pacaran dengan Prass.


“La..” Teriak Prass sambil melambaikan kedua tangan kearah Lala, yang membuat mereka berdua menjadi tontonan sesaat oleh para pengunjung yang merasa terganggu dengan teriakan Prass dari ujung cafe. Lihat saja Prass saat ini duduk di bangku favorit mereka kala itu. Prass berdiri dan menyiapkan bangku untuk Lala seperti kencan-lencan dahulu. Saat seperti ini Lala merasa satu-satunya wanita di dunia ini. Lala jadi berpikir, ingin kembali bersama lagi dengan Prass, tapi bisakah?

“Kamu katanya mau ngomongin sesuatu” Tanya Prass, begitu sudah duduk kembali ke tempatnya. Ia menatap Lala tajam, seolah mencari jawaban dari kedua bola mata Lala.

“Eee...kamu duluanlah. Kan kamu juga mau ngomong sesuatu.” Lala grogi, hanya Prass yang bisa membuat Lala menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Merubah lu-gue menjadi aku-Kamu.

“Serius aku duluan?” Ia meyakinkan. Lala mengangguk patuh dan membiarkan Prass bicara mengenai sesuatu yang hendak dikatakan tadi siang.

“Oke, jadi gini La...” Ujar Prass sepotong. Kata-katanya menggantung. Membiarkan Lala menunggu sepersekian detik. Prass memberikan sebuah undangan pernikahan dengan sampul berwarna nerah muda dan diberikan pita kecil di tengah undangannya. Ia membaca inisial hufuf yang terpampang besar di tengah undangan P & R. Jenis hurufnya cantik dengan ornamen bunga yang simple.

“Datang ya La.” Minta Prass dengan tersenyum manis, yang mlaha terasa pahit saat ini.

“Oh iyya, kamu mau ngomong apa jadinya?”

“Eehhh...Ya ini. Mau ngomongin pernikahan kamu. Kok nggak ngundang-ngundang. Sebenarnya aku udah tahu, kamu akan nikah dari Aldo. Makannya aku pengen tanya langsung.” Bohongnya. Tak mungkin ia menjelaskan pada Prass, bahwa sebenarnya ia meminta Prass untuk berpura-pura menjadi pacarnya. Walau dalam hati kecilnya, ia masih menginginkannya jika memang ada kesempatan kedua. Baiklah, ini saatnya mencoret nama Prass dari daftar yang bisa dimintai tolong soal manipulasi percintaan untuk ditunjukkan pada Emak dan Babeh. Ada sedikit rasa kecewa sebenarnya dalam hati Lala, bahwa laki-laki yang pernah dicintainya akan menikah. Tapi bukan dengan dirinya.

Post a Comment

0 Comments