Minjem fotonya si bocil |
"Romo" panggilku pelan pada romo yang sedang membaca di ruang tamu.
"Ada apa Maria?" Tanya Romo, matanya tak berpaling sejenak dari buku yang ia baca.
"Tadi disekolah ada ibu-ibu nyamperin Maria. Terus dia bilang katanya aku itu anaknya dia, betul gak sih Romo?"
Romo membenarkan kacamatanya yang agak merosot, Lalu menatapku tajam. Aku sudah merasa ngeri dengan tatapan Romo yang seperti itu.
"Kamu jangan percaya, paling dia penipu. Udahlah nggak usah dipikirin, paling dia pengemis yang mau minta uang doang" jawab Romo lalu kembali membaca bukunya. Aku belum merasa pus dengan jawaban romo, rasanya masih ada yang mengganjal dihatiku. Tapi, Romo terlihat kurang bersahabat saat ini, lebih baik kuurungkan untuk bertanya lebih jauh lagi. Dari pada akau kena omel lagi. Tapi aku benar-benar bingung. Romo dulu cerita orangtua kandungku kecelakaan. Dan tidak punya sanak saudara sama sekali, jadilah, Romo yang saat itu sedang kunjungan menemui jemaahnya merasa iba dengan kejadian yang menimpaku, lalu mengangkatku menjadi anak-nya.
****
Kak Adrea hari ini ada kegiatan ekskul di sekolahnya jadi dia akan pulang sore, jadilah aku harus pulang sendiri. Sekolah dan rumahku hanya membutuhkan lima belas menit dari sekolah ke rumah begitupun sebaliknya.
"Nak" panggil sebuah suara dibelakangku. Sejenak aku terdiam, suara itu.
Ku tengok kebelakang, benar saja ibu itu lagi. Aduh mau apa sih ibu itu.
"Ibu ini mau apa sih?" Tanyaku dengan nada sedikit meninggi. Ibu itu tak menjawab sepertinya kaget Dengan reaksiku.
"Ada apa Maria?" Tanya Romo, matanya tak berpaling sejenak dari buku yang ia baca.
"Tadi disekolah ada ibu-ibu nyamperin Maria. Terus dia bilang katanya aku itu anaknya dia, betul gak sih Romo?"
Romo membenarkan kacamatanya yang agak merosot, Lalu menatapku tajam. Aku sudah merasa ngeri dengan tatapan Romo yang seperti itu.
"Kamu jangan percaya, paling dia penipu. Udahlah nggak usah dipikirin, paling dia pengemis yang mau minta uang doang" jawab Romo lalu kembali membaca bukunya. Aku belum merasa pus dengan jawaban romo, rasanya masih ada yang mengganjal dihatiku. Tapi, Romo terlihat kurang bersahabat saat ini, lebih baik kuurungkan untuk bertanya lebih jauh lagi. Dari pada akau kena omel lagi. Tapi aku benar-benar bingung. Romo dulu cerita orangtua kandungku kecelakaan. Dan tidak punya sanak saudara sama sekali, jadilah, Romo yang saat itu sedang kunjungan menemui jemaahnya merasa iba dengan kejadian yang menimpaku, lalu mengangkatku menjadi anak-nya.
****
Kak Adrea hari ini ada kegiatan ekskul di sekolahnya jadi dia akan pulang sore, jadilah aku harus pulang sendiri. Sekolah dan rumahku hanya membutuhkan lima belas menit dari sekolah ke rumah begitupun sebaliknya.
"Nak" panggil sebuah suara dibelakangku. Sejenak aku terdiam, suara itu.
Ku tengok kebelakang, benar saja ibu itu lagi. Aduh mau apa sih ibu itu.
"Ibu ini mau apa sih?" Tanyaku dengan nada sedikit meninggi. Ibu itu tak menjawab sepertinya kaget Dengan reaksiku.
"Ibu mau uang?? Ini, tapi jangan ganggu saya lagi ya" ujarku lagi smbil menyerahkan uang seratus ribu.
"Ibu gak mau uang kamu, ibu cuma mau ketemu kamu. Itu saja" jawabnya menolak uangku.
"Ini buat kamu nak" ibu itu memberikan sebuah amplop putih kepadaku.
"Kamu boleh saja menolakku, tapi surgamu ada ditelepak kaki-ku nak" ujarnya lagi. Lalu meninggalkanku begitu saja yang mematung mendengar kalimat terakhirnya.
Kubuka segera amplop yang tadi diberikan ibu itu. Sebuah foto isinya, foto bayi mungil masih sangat kecil. Sepertinya baru berusia beberapa hari, bayi itu terlihat damai dalam tidurnya. dibelakangnya ada tulisan tangan, tapi aku tidak tahu apa itu artinya karena sepertinya tulisan iti bahasa arab.
****
Sesampainya dirumah aku mengobrak-abrik album foto di laci ruang tamu. Akhirnya kutemukan foto masa kecilku itu, foto saat aku masih bayi merah yang lemah. Dan benar-benar mirip dengan foto yang diberikan ibu itu kepadaku.
Aku terduduk lemas, rasanya penyesalan yang begitu besar menyelimutiku. Tadi aku berkata kasar pada ibu itu. Benarkah dia itu ibuku?? Apa benar dia ibuku?? Berarti selama ini Romo bohong tentangku? Orang tuaku berarti masih ada??
****
"Maria" kak adrea membangunkanku.
"Apa sih kak??" Msih mengulat pindah posisi.
"Bangun, entar Romo marah loh! Hari ini kan ada jadwal misa, ayo ke gereja cepet. Romo udah pergi dari pagi" ujar kak Adrea tak sabar.
"Iyya...iya" jawabku, dengan malas aku kekamar mandi. Sebelum kak Adrea berkicau makin panjang. Kalau sedang ngomel kak adrea seperti Romo akan mengeluarkan ayat-ayatnya.
Aku bersegera Berpakain rapi begitu melihat jam sudah menunjukkan jam setengah sembilan. Kak Adrea rupanya sudh ngacir terlebih dahulu. Dasar jahat rutukku, sambil mengikat tali sepatuku. Lalu berlari ke gereja yang terletak di satu blok dari rumah. Sampai didepan gereja nafasku sudah hampir habis. Rasanya akan pingsan, dress selutut yang kupilih malah membuatku kesusahan untuk berlari.
Dari luar gerbang terdengar lagu "bergemarlah dan bersukaria" sedang dinyanyikan untuk lagu pembuka misa.
"Maria" panggil suara yang selalu terngiang akhir-akhir ini. Jantungku sersa berhenti dan langkahku membeku.
"Ini ambil" ibu itu memberikan botol air mineral padaku.
"Makasih..bu" kata-kataku menggantung saat mengucapkan kata bu, rsnya sangat asing dan aneh. Segera kubuka segel air mineral itu lalu menenggaknya dengan rakus. Rasanya segar sekali.
"Yasudah cepat sana, nanti kamu terlambat lagi" ujar ibu itu lagi. Aku berbisik mengucapkan terima kasih sekali lagi lalu aku segera berlari masuk ke gerbang. Aku harus sudah sampai sebelum lagu pembuka habis. Aku masuk pelan-pelan lewat pintu belakang. Lalu ikut bergabung dengan barisan paduan suara yang sedikit lagi mengakhiri lagunya. Nafasku masih tersengal begitu sadar anak yang disampingku ternyata kak Adrea. Ia menatapku tajam seakan berkata "kamu hampir saja terlambat Maria" aku tak menghiraukannya, lalu ikut bernyanyi mengikuti lagu sampai habis.
Yang belum baca cerita sebelumnya bisa klik disini
#SetiapHariMenulis #OneDayOnePost #bersambung
1 Comments
Ditunggu lanjutannya ...
ReplyDelete