Satu tahun belakangan ini
tepatnya 2017 ini saya merasa sosial media bukan lagi tempat yang aman. Terutama
facebook, karena sudah terhitung saya menjadi pengguna facebook aktif sejak
tahun 2009. Saat itu awal-awaknya facebook muncul ke permukaan dan mengalahkan
friendster. Bahkan dulu, karena warnet di sekolah asrama saya hanya ada satu
dan hanya diisi beberapa komputer, jadi kami harus rela antri untuk sekedar
bermain internet atau berfacebook-ria.
Kala itu kami dengan waktu
terbatas dan harga yang lumayan untuk membayar sewa memanfaatkan dengan baik
untuk menghabiskan waktu satu jam atau dua jam kalau sedang banyak uang. Mulai dari
mencari bahan tugas, mendownload lagu, hingga membantu teman membuat Akun
facebook. Ya ada beberapa teman yang saya ingat minta di bantu untuk membuat
Akun facebook kala itu, kami saling berkomentar padahal kami duduk bersebelahan
menambahkan teman-teman yang sudah lebih dulu punya facebook, menambahkan teman
akun keluarga agar bisa saling terhubung jika sewaktu-waktu sedang online.
Bahkan setelah luluspun facebook
menjadi salah satu penghubung terbaik kala itu walaupun akhirnya mereka tetap
menghilang dari peredaran. Fungsi awal sebuah sosial media buatan Mark
Zuckerberg kala itu sangat berharga dan saya berterimakasih sekali terhadap
hasil ciptaannya itu. Bahkan saya mendapatkan teman dari luar negeri yang saat
ini masih berhubungan sangat baik bahkan seperti saudara. Betapa menyenangkan
bukan mendapat saudara dari belahan dunia lain. Saling bertukar cerita,
bertukar kebudayaan disana atau hanya sekedar bertukar waktu, disana saat ini
jam berapa?.
Rasanya dulu senang melihat
berita teman-teman yang sudah jauh dari jangakaun atau tahu apa yang dipikirkan
teman-teman sekitar yang memperbarui status atau mengunggah foto kegiatan
mereka dan akan menjadi bahan pembicaraan saat bertemu dengan sang empunya.
Selain itu facebook hingga saat ini, menjadi salah satu sosial media yang
netral tidak memberlakukan antara follower dan si pemegang akun. Mereka sama
setara terlepas dari Fanspage ya, jadi antara dua akun itu bisa saling tahu apa
yang mereka bagikan disana.
Dua minggu ini kayaknya mata
capek banget ngliatin status atau berita yang di share berseliweran isinya
tentang kebencian, kutukan, kemarahan dan kebanyakan nyinyiran. Yang satu
nyinyirin ini seakan mereka tahu segalanya tentang dia. Yang ini nyinyir
seperti dia yang paling benar dan sempurna. Saling adu argumen siapa yang
paling benar, apalagi kalau udah mulai bawa-bawa yang berbau SARA. Bahasanya sudah
nggak bisa di kontrol, saling mengkafirkan dan hal lainnya. Aihh capek bacanya
nguras emosi banget seakan tenaga itu keserap semua untuk baca tulisan mereka. Jadi
saya merasa lelah dan tambah lelah, sosial media bukan lagi tempat yang nyaman
dan aman bagi gue saat ini. Yang tadinya media sosial menjadi tempat hiburan
dengar berita-berita dari orang terkasih ini malah buat kesel. Atau memang
manusia sejak dulu dalam bersosial selalu begitu kalau sudah berkumpul dengan
sesamanaya? Nyinyiran sesuatu dan memaki? Kalau begitu berarti masa muda saya
aman karena nggak terlalu suka bergaul.
13 Comments
setuju bgt Kang Tian, entah sampai kapan keadaan ini, bukannya kalo nyinyir sudah masuk perbuatan dosa ya? apalagi diumbar di medsos?
ReplyDeletehooh kang Yan sedihh
Deleteiyaaa bener banget, bikin sedih kalo baca yg lg pada nyinyir2ran :')
ReplyDeletesudah jadi budaya jaman now
DeleteHdup di jaman now mah, yg diem juga jadi bahan nyinyir"an ..
ReplyDeleteherman guee? eh 😸
Lamne turah merebak dimana-mana.
ReplyDeleteYa sudah jangan ambil pusing kak, cari teman yang baik-baik saja.
iyya Alhamdulillah di ODOP baik-baik Orangnya :D
DeleteIya, males banget..
ReplyDeleteYa wajar saja. Kalau menurutku itu seperti paradoks ya. Salah satu tidak setuju nyinyir dan sosial media di sisi lain kita juga masih suka melakukan nyinyir kepada yang nyinyir. Hehe.. tapi memang, jadi konsumtif itu memilah yang baik. Kontributif harus penuh kendali tanggung jawab.
ReplyDeleteItulah sosial media ....
ReplyDeleteWajar sih. Kan sosmed tempat mereka mencurahkan apa saja. Kalau saya sih pilih diam. Karena saya memang pendiam.
ReplyDeleteSaya salfok sama kata 'gue' di akhir tulisan mas 😅
ReplyDeletesemakin banyak fitur sebuah medsos, semakin banyak pula nyinyir anyir para lelambe
ReplyDeletemakanya ane stop pake FB, kecuali akhir2 ini buat nyetor tugas odop.. hehe..