"kenapa tiba-tiba pengen makan bebek?" tanyaku. Aku tahu dia tidak pernah makan bebek sebelumnya, padahal aku sering mengajaknya tapi dia selalu menolak dengan alasan bau atau dagingnya alot.
Ia masih diam, nampak kecewa di wajahnya. Sudah sejak habis maghrib tadi kami keliling kompleks dan tempat-tempat yang biasa menjajakan makanan tapi belum juga mendapatkan menu bebek itu. Tempat langgananku pun sedang tutup, sedangkan tadi di tukang pecel ayam yang ada gambar bebeknya itu sudah kita datangi namun sedang kosong bebeknya.
"Hei ditanya kok diem?" Aku menyenggol lututnya yang sedang ia pegangi dengan kedua tangannya, posenya persis seperti anak yang hilang di keramaian. Nelangsa, duduk bersender tembok dengan wajah memelas.
"Jangan bilang kamu lagi ngidam ya, kita kan nggak pernah nglakuin yang macem-macem" aku makin usil.
"Apaansih nggak lucu, aku tuh pengen nyobain aja. Soalnya lagi dapet tantangan nulis yang memuat kata Bebek, Tikus, Sandal Jepit, Pelangi dan Aroma" jelasnya dengan bibir manyun.
"Jadi kamu mau makan bebek karena dapet tantangan itu? Mau nulis apa emang?" tanyaku sambil menyalakan televisi karena sekarang jadwal film chef tikus kesukaanku, walaupun sudah sering diputar tapi aku tidak bosan untuk terus menontonnya.
"Pengen ceritain tentang orang yang suka makan bebek gitu, terus meninggal karena sakit kolestrol" ujarnya polos dan tersenyum jahil.
"Jadi kamu nyumpahin aku mati hahh..?" aku memberondongnya dengan kelitikan di sekitar pinggangnya sehingga ia berteriak geli dan memohon ampun.
Ia terduduk lemas sambil menyender ke dinding, aku-pun duduk di sampingnya. Menyenderkan kepalaku pada bahunya sambil memperhatikan wajahnya yang terlihat lelah karena baru saja bergelut berusaha menahan geli sekaligus lelah tertawa.
"Jadi kamu mau makan tikus dan sendal Jepit juga untuk menulis tantanganmu itu?" tanyaku lagi sambil memainkan jari-jarinya hingga kami saling menggenggam.
"Ya nggaklah, aku kan cuman pengen ngrasain aja. Biar dapet feelnya, penulis yang baik itu kan harus benar-benar tahu betul apa yang ditulisnya"
"Ribet ya jadi penulis."
"Nggak juga kok, kan penulis cuma nulis apa yang pernah di rasain. Sekalipun penulis fiksi, pasti mereka punya pengalaman-pengalaman yang mendasari tulisan mereka" ujarmu masih dengan tersengal-sengal.
"Dari pada kamu kebanyakan mikir, terus rambutmu makin tambah rontok untuk buat satu buku aja. Mending kita buat buku nikah aja, gampang. Tinggal ke KUA" ku lihat senyum lebar di wajahnya tersungging manis semanis aroma hujan diluar.
#onedayonepost #tantangan2 #Limakatakunci #kelasfiksi
9 Comments
Hehe "Dari pada kebanyakan mikir dan bikin rambut rontok, mending buat buku nikah aja. Simpel tinggal ke KUA". Like it ^^
ReplyDeleteahahaha
Deletemakan tu sandal jepit hahahaha
ReplyDeletejangan atuh pak, alot...
DeleteIni nih endingnya bikin baver 😆
ReplyDeleteawas pingsan entar, kalau baver.
DeleteWekaweka...
ReplyDeleteBebek mah ada nih deket rumah. Tapi sembelih sendiri... hihihi
ReplyDeleteDuh bebek, endingnya itu lhoo ... Bikin laper😂😂
ReplyDelete