Emak meminta Lala hari ini untuk
langsung pulang ke rumah begitu pulang dari kerja. Akan ada acara kumpul
keluarga ujar Emak, yang dimaksud kumpul keluarga biasanya adalah arisan
keluarga yang dibuat para saudara-saudaranya untuk mengikat tali silaturahmi.
Tempat acarapun bergantian, tergantung nama siapa yang keluar di bulan
sebelumnya. Mungkin bulan ini Emak yang kebagian sebagai tuan rumah, Lala
jarang ikut arisan keluarga saat sudah bekerja. Karena ia lelah ditanya kapan
nikah oleh saudara-saudara yang lainnya.
Itu pula yang membuat emak
gerah sehingga memaksa perjodohan antara dirinya dan Somad. Bagaimana tidak?
sebulan sekali mendapat pertanyaan ‘Kapan anak lu kawin? Nanti jadi perawan tua
lu..!’. Mungkin keluarga normal lainnya hanya harus menjawab setahun
sekali(Hanya saat lebaran) pertanyaan tersebut, tapi di keluarga besar Lala
setiap bulan ia harus mendapatkan pertanyaan itu dua belas kali paling sedikit
selama setahun, belum ditambah saat ada hajatan-hajatan, acara ulang tahun
saudara-saudaranya ditambah lagi saat lebaran.
Sesampainya di
rumah, Lala melihat makanan di meja makan sudah lengkap seperti akan ada
hajatan besar-besaran. Mulai dari soto betawi buatan emak, semur jengkol, nasi
uduk dan kawan-kawan, sampai kue-kue khas betawi seperti kue cucur, lupis, kue
pepe bahkan sampai roti Gambang yang sudah mulai langka, entah darimana emak
mendapatnya. Makanan sudah selesai semua tertata rapi diatas meja, lalu untuk
apa ia dibutuhkan sekarang? Biasanya ia kan menghindar pergi begitu membantu
emak selesai menyiapkan makanan. Ke rumah Rika atau mengajak Aldo jalan kemana
saja. Asal bisa absen dari acara yang akan menyudutkan Lala dengan pertanyaan
sakral itu.
“Mak, ini udah
kelar semua kan? Ngapain Lala suruh pulang cepet?” tanya Lala pada emak yang
sedang duduk di depan cermin kamar, berdandan dengan rapi dan sedikit menor
dengan lipstik yang merah menyala seperti lampu merah.
“Dih kepo amat
lu. Udah sono mandi terus dandan yang cakep. Bentar lagi pada dateng tamunya.”
Jawab emak tanpa menoleh sedikitpun kearah Lala yang sedang bergelendotan di
depan pintu kamar emaknya dengan manja. Emak masih serius membentuk alisnya
dengan pensil alis.
“Ih Lala males
mak. Lala pergi ke rumah Rika ajalah ya.” Suara Lala dibuat semelas mungkin.
“Kagak bisa,
enak aja lu. Sekali-kali kumpul ama sodara lu ngapa. Mau dikata sombong lu?? Udah sana mandi.” Teriak emak kali ini
terpaksa melihat ke arah Lala dengan mata melotot galak, seperti saat menyuruh
Lala kecil pergi membeli garam dan minyak goreng di warung tanpa upah. Lala yang lemah dengan tatapan tajam Emak, segera
pergi mandi dan mengikuti perintah emak. Ia takut di kutuk menjadi ikan pari
atau malah jadi batu seperti Malin Kundang. Senakal-nakalnya Lala, ia tak
pernah mau membantah omongan orang tuanya(kecuali soal perjodohan kemarin).
Terutama emak!
Lala menyapukan
tipis-tipis bedak di kedua pipinya, ia tidak memakai lipstik hanya memakai
lipgloss yang membuat bibirnya terlihat mengkilap. Warna antural bibir Lala
memang sudah cantik tanpa lipstik. Rambutnya ia ikat buntut kuda ke belakang,
membuat wajah mungil Lala terlihat lebih dewasa.
Lala sebenarnya
bingung pakaian apa yang akan ia kenakan? Apa pakai kaos dan jeans saja sudah
cukup?? Pakai kemeja, terlalu formal seperti akan melamar pekerjaan, pakai
kebaya? Ini bukan acara kartini kan? Ia teringat long dress yang kemarin ia
beli bersama Rika, mereka berdua sering membeli barang bersama-sama bahkan
terkadang barang yang sama hanya beda warna saja. Malah sering barang yang
benar-benar sama yang mengakibatkan mereka sering dibilang kembar saat
menggunakan barang-barang itu. Long Dress berwarna merah muda, dengan ornamen
bunga membuat Lala terlihat santai tapi tetap anggun.
“Ya Allah, anak
emak cantik banget dah.” Ujar emak kagum yang tiba-tiba sudah berada di
belakang Lala yang tengah mematut diri di depan cermin besar yang menempel pada
pintu lemari pakaiannya itu.
“Iyalah, anak
emak gitu loh!.”
“Si Somad mah
pasti langsung ke sengsem ini mah begitu ngliat lu entar. Ehh!!” Emak
keceplosan.
“Apaan mak?
Somad? Ngapain dia kesini?.” Lala mencecar Emak dengan pertanyaan, ia kaget
mendengar pernyataan Emak barusan.
“Ehh..ehh....”
TINN TINN TINN
Belum sempat
emak menjawab, sudah di terinterupsi bunyi klakson mobil dari luar. Emak
bergegas keluar rumah menyambut tamu yang sudah datang, wajah Lala memberengut
tapi ia ikut keluar mengikuti Emak.
Babeh sudah keluar
lebih dulu menyambut keluarga sahabatnya itu yang baru keluar dari pintu mobil.
Emak menunggu di depan teras ditemani Lala yang mencoba menyembunyikan
kekesalannya dengan senyum tipis begitu melihat rombongan keluarga itu memasuki
pekarangan. Lala bersalaman dengan keluarag Haji Daud, ia masih ingat wajah haji
Daud dan isterinya Mak Enah yang wajahnya terlihat cantik karena masih punya
garis keturunan arab betawi.
Ada pula Thariq kakak Somad yang mempunyai hidung
mancung arab dan berperawakan tinggi, ia dulu sempat naksir kepada Thariq.
Sayangnya ia sudah beristeri sekarang. Isterinya Kesha yang kini tengah
bersalaman dengannya sedang hamil empat bulan anak kedua mereka. Pasangan yang
serasi pikir Lala. Salim, anak laki-laki Thariq dan Kesha itu dengan malu-malu
mencium tangan Lala dan kembali bersembunyi di belakang ibunya. Somad mana?
Tanya Lala penuh tanya. Ia sudah lupa wajah Somad, karena Somad memang sekolah
diluar negeri saat lulus dari SMP karena mendapat beasiswa. Emak mempersilahkan
tamunya langsung masuk ke ruang makan, karena memang sudah waktunya makan
malam. Satu bangku masih kosong, Somad tidak datang sepertinya. Mungkin ini
memang hanya pertemuan biasa untuk melepas rindu anatara Keluarga Babeh dan
Keluarga Haji Daud.
“Ayo langsung
dimakan aja, udah laper kan?” Babeh mempersilahkan untuk langsung menyantap
hidangan yang melimpah diatas meja tersebut. Tanpa disuruh untu kedua kali
mereka makan dengan lahap diselingi obrolan yang di dominasi oleh babeh dan
Haji Daud yang sudah lama tidak bersua. Selebihnya sisa-sia pertanyaan kepada
Lala tentang pekerjaan Lala saat ini dan kegiatannya sehari-hari. Lala hanya
menjawab dengan singkat, karena merasa canggung dengan Haji Daud yang dulu
sering di isengi Lala.
Pecinya sering disangkutkan keatas pohon rambutan depan
rumahnya kala itu. Dan rupanya ia masih ingat hal itu. Merekapun tertawa sat
menceritakan kembali hal nakal saat Lala kecil dulu. Tiba-tiba suara mobil
memasuki pekarangan menginterupsi obrolan mereka.
“Nah itu Somad
deh kayaknya, dia tadi ada urusan mendadak soalnya.” Ujar Haji Daud.
“La, tolong
samperin kedepan yee..” Pinta Emak. Lala menatap Emak dengan tatapan ‘kenapa harus Lala mak?’ dan emak
membalas dengan tatapan ‘buruan jalan,
jangan nanya mulu kayak Dora’ terpaksa Lala berjalan keluar menyambut satu
tamu kesiangan di depan.
0 Comments