slider

Tentang Masa Yang Menyimpan Luka



Aku hidup di masa yang sudah merdeka. Tidak ada lagi pertumpahan darah untuk mempertahankan tanah air ini. Walaupun di belahan dunia lain ini aku tahu, masih ada yang berperang menumpahkan air mata dan nyawa untuk sebuah kebebasan yang dulu mereka punya

Membaca buku sejarah, memberiku pengertian. Perang-perang itu benar-benar terjadi.

Bukan dongeng penghantar tidur, apalagi ocehan orangtua yang sudah banyak lupa.

Mereka nyata, berjuta-juta manusia terkena timah panas, ledakan-ledakan, hingga senjata tajam atau hal lainnya yang mampu mengenyahkan lawan.

Dulu aku pikir hanya negeriku yang berperang melawan kejamnya penjajahan.

Melawan orang-orang yang memeras darah kami, untuk memberi minum perang yang mereka kecamukkan sendiri.

Perang rupanya seperti nyala sumbu api. Yang jika tidak dipotong ujungnya. Ia akan memberanguskan seluruh sumbu yang ada hingga menjadi abu.

Aku tak mampu membandingkan kekejaman perang-perang di dunia satu sama lain, yang pasti akan selalu ada pihak yang menang dan kalah.Yang pasti banyak tangis dan darah.

Entah kenapa aku membenci sejarah, mungkin karena banyak yang memanipulasinya. Sehingga aku lebih baik tidak mengetahui, daripada aku membaca sebuah kebohongan global. Sejarah-sejarah yang mampu dibeli dan ditulis seenak udelmu itu? Terlebih jika kau berkuasa dan kau pemenangnya.

Bukabkah begitu? Sejarah selalu menjadi pemilik sang pemenang? Menjadi kisah heroik.

Sejarah bagiku tak ubahnya novel-novel fiksi, namun lebih buruk. Karena hanya menabur nama dan tahun disana-sini. Sampai aku bingung, ini sejarah atau soal cerita matematika?

Tapi bukan karena itu? Karena sejarah ternyata, kebanyakan menimbulkan luka dan air mata. Maka tak pantas ia untuk dibaca.


#Readingchallengeodop #Level3 #Tantangan1/2 #puisi #poem #onedayonepost #war #warpoem #hitler #germany🇩🇪 #historybook #fallschirm

Post a Comment

3 Comments