slider

Ke mana kau pergi Bernadette?

 



Awalnya gue kira ini novel metropop biasa kayak tulisan ala-ala Sophie Kinsella, sengaja baca buku ini biar bisa relaksasi otak setelah baca buku Babel-nya RF. Kuang yang tebalnya Naudzubillah itu dan temanya cukup berat juga karena mengandung History Fiction (Silakan baca ulasannya disini).

Gue pengen baca yang happy-hapyy gitulah ya, ringan komedi semi romance. Karena kelihatannya dari covernya unyu kan cerah warna kuning-hijau dan di dominasi llustrasi wajah tokoh utamanya. Tapi ternyata gue salah. Salah satu bagian buku ini menjadi trigger dan berhasil bikin kepala gue cenat-cenut pusing dari sore sampai mejelang tidur kemarin.

Entah kenapa gue selalu di keadaan kayak gitu saat gue ke trigger oleh sesuatu, penyebabnya bisa dari baca, nonton, dengerin lagu atau emang kejadian langsung. Stres gue langsung memicu migrain yang bikin mood gue berantakan dan jatuhnya jadi sensitive haha(kayak lagi mens gak sih ini :v).

Tentang apa buku ini?

Oke Kembali ke buku, lupakan pengalaman pribadi gue saat membaca ini. Buku ini berkisah seorang Bernadette, seorang mantan arsitek terkenal dan paling menjanjikan pada masanya bahkan sampai dia mendapat penghargaan bergengsi MacArthur yang memastikan penerima adalah arsitek yang berpengaruh untuk perkembangan dunia di masa depan. Ia menikah dengan Elgie Branch yang seorang programmer sukses di Microsoft.

Kejadian yang tidak mengenakkan membuat Bernadette pergi dari kota Los Angeles ke kota Seattle yang lebih tenang. Di sana Bernadette membeli rumah yang besar yang merupakan bekas sekolah asrama bagi anak-anak perempuan nakal pada masanya. Rumah besar dan memliliki halaman yang sangat luas menjadi tempat isolasi yang sempurna bagi Bernadette dari kebisingan. Ia mengalami sejumlah rangkaian keguguran yang membuatnya menutup diri dan menerima perlakuan kurang mengenakkan saat mencoba bersosialisasi dengan sekitar sehingga ia bisa disebut paranoia. Hingga akhirnya ia benar-benar menjauh dari orang-orang kecuali anak, suami dan sahabat anaknya. Ia hanya bersosialisasi sekedarnya, kalau ia bisa menghindar ia lebih menyukainya. Hal itulah yang menjadi pergunjingan tetangga dan ibu-ibu dari teman-teman anaknya Bee.

Kejadian demi kejadian membuat Benadette merasa terpojok. Suaminya sendiri lebih percaya pada adminnya yang terus meracuni pikirannya bahwa Benadette butuh pertolongan. Sehingga Mr. Branch memutuskan akan menjebloskan Bernadette ke Rumah Sakit Jiwa secara paksa. Namun hari dimana mereka akan melakukan itu, tiba-tiba Bernadette menghilang setelah izin pergi ke kamar mandi saat tengah mendiskusikan hal tersebut. Sehari berlalu tidak ada kabar kepergian Bernadette, hingga berbulan-bulan kemudian tidak ada kabar lagi dari Bernadette.

Bee pun mulai menelusuri kemana perginya ibu tercinta lewat surat yang berisi potongan-potongan email dari tetangganya, kepala sekolah, ibunya dan virtual asisten Bernadette yang berasal dari India.

Buku ini ditulis dengan gaya kumpulan-kumpulan email dan sedikit narasi dari POV Bee yang membuat kita seperti membaca potongan-potongan kejadian yang disatukan. Bahasa terjemahnnya juga sangat enak untuk dibaca.

 Misuh Time

Curhatan setelah baca bab itu

“Go fuck yourself!! Anda yang butuh ke psikiater Mr. Branch!” itu umpatan yang gue keluarkan saat baca akhir-akhir bab 2. Ada hampir satu jam gue mengatur nafas buat menenangkan diri setelah baca dan menonton sekilas potongan filmnya. Yup gue nonton sambal sesekali nengok filmnya. Gue ketemu pas bagian Mr. Branch, alias suami Bernadette dating tiba-tiba marahin istrinya di depan anak-anaknya. Gue langsung naik pitam.

Jadi ini tuh yang ngtrigger gue, si Mr. Branch ini selalu sibuk diluar rumah. Kerja! Sampai gak punya waktu buat keluarganya. Tiba-tiba dia marah-marah setelah dapet laoran dari orang lain kalau istrinya ini dan itu. HEI KERAK WESTAFEL!! anda tidak bisa begitu. Kenapa lu ga bisa ngomong baik-baik sama istri lu? Pernah gak lu nyempetin diri buat ada di rumah dan ngrasain, nanyain bagaimana perasaan istrinya timbang lu denger selentingan dari orang lain? Ibarat lu nanem tanaman tapi gak lu urusin. Pilihannya cuma dua, antara dia bakalan kering dan mati atau dia bakal menjadi liar buat bertahan hidup. Dan lu nyalahain si tanaman akan hal itu!!

 

Isu tentang kerumitan menjadi Ibu Rumah Tangga

Sekali lagi ini buku yang gue baca mengangkat isu tentang bagaimana rumitnya menjadi seorang Ibu Rumah Tangga. Profesi yang dipandang sebelah mata yang menganggap semua Wanita pasti bisa. Semua orang pasti bisa jadi IRT karena kerjanya Cuma begitu-begitu doang. Tuh liat Bernadette yang cerdas dan mantan arsitek aja langsung kelimpungan jadi IRT. Karena nggak semudah itu gais jadi IRT, selain perlu kuat cerdas. IRT itu perlu mental yang kuat untuk bekerja dibawah tekanan. Baik tekanan keluarga sendiri atau tekanan tetanga dan nrma-norma masyarakat yang menuntut ini-itu.

 Spesifikasi Buku

Penulis                  : Maria Semple

Penerbit               : Gramedia Pustaka Utama, 2019 (Cetul)

Alih Bahasa         : Nurkinanti Laraskusuma

Kategori               : Novel Terjemahan

ISBN                       : 9786020319674

Tebal                     : 408 Halaman

Post a Comment

0 Comments