slider

True Mothers - Mizuki Tsujimura




Satoko akhir-akhir ini mendapatkan telepon misterius, setiap ia mengangkat telepon itu hanya hening yang ia dengar dan suara nafas yang perlahan. Namun ia teralihkan dengan Asato, anak laki-lakinya yang dituduh mendorong sahabatnya hingga perlu dibawa ke RS. Ibu anak tersebut pun sudah dekat sekali dengan Satako, tapi Ibu anak tersebut tiba-tiba meminta uang ganti rugi yang tidak masuk akal. Satako sebenarnya mampu membayar dan bukan masalah besar, namun seandainya ia menuruti itu, ia sama saja dengan tidak mempercayai Asato yang mengatakan bahwa sebenarnya Asato tidak mendorong sahabatnya. Asato bersikeras tidak melakukannya, dan Satoko yakin anaknya tidak melakukan seperti yang dituduhkan sahabatnya itu. Ia pun meyakini anaknya tidak mendorong anak orang lain sampai terluka, hal itu membuat Satoko dimusuhi oleh orangtua di sekitar apartemennya. Ibu korban anaknya yang menghasut terangan-terangan, ia tahu itu.

Hikari, seorang siswi SMP yang dicap sebagai anak gagal oleh ibunya sendiri karena tidak bisa mengikuti kakaknya yang diterima di sekolah negeri terbaik di daerahnya. Ia pun bertemu dengan Takumi, seorang kakak kelasnya yang terkenal nakal. Takumi yang menyatakan terlebih dahulu menyukai Hikari. Hikari pun menerimnya karena ia merasa mendapatkan hal-hal yang tidak diberikan oleh keluarga terutama ibunya, yaitu rasa kasih sayang dan rasa dipercaya. Tanpa disangka ia hamil setelah melakukan hubungan badan dengan Takumi. Namun ia tak menyesal, ia menganggap kehamilannya adalah suatu pemberontakan terhadap Ibunya agar ibunya Malu.

Kepercayaan adalah kunci!

True Mothers seperti buku Khas sasra jepang lainnya yang pernah gw baca. Ceritanya sebenarnya sederhana, dan kalau berharap ada twist dan konflik yang menukik tajam, better jangan baca sastra Jepang atau setidaknya buku ini. True Mothers tuh tipikal cerita yang realistis, kehidupan sehari-hari. Hubungan antara ibu dan anak, bagaimana mereka menghadapi konflik sehari-hari yang lekat konfliknya dengan kita sebagai pembaca.

Dari buku ini gue menyoroti perihal hubungan antara Ibu dan anak, dimana kayaknya kebanyakan orangtua tuh gak percayaan sama anak. Mereka sering ngjudge anak sendiri sebagai pribadi yang nakal, nggak berbakat, hanya karena satu perimeter atau satu momen aja. Selalu fokus sama akibat, ga mau tahu apa sebabnya? Apa hal yang melatarbelakangi anak mereka melakukan itu, apa yang membuat anak gagal dalam ujian? Dalam mata pelajarannya? Kadang banyak orangtua yang menganggap semua anaknya harus sempurna dengan acuan kakaknya, adiknya, anak tetangga dan orang lain yang lebih sukses dari anaknya sendiri. Hal itu yang membuat anak terus merasa kurang terus, merasa dirinya tak cukup baik, merasa minder, merasa kecil atau bahkan malah memberontak. Entah akhirnya dia bisa jadi pembully atau dibully sama orang lain.

Heart warming banget dengan hubungan Satako dan Asato, keduanya saling percaya satu sama lain. Satako yang percaya bahwa anaknya emang gak bakal bisa nglakuin hal seperti itu. Asatonya walasu masih kecil dia selalu coba ngertiin keadaan Satako sebagai seorang ibu bahkan Asato sampai ngomong begini ke Satako pas tahu kalau mereka dimusuhin sama orang-orang sekitar apartemen 

        “Apa aku seharusnya bilang saja ya Bu, kalau aku memang mendorong temanku?” mewek banget gak si!! 

    “Nggak, nggak perlu. Kamu nggak perlu mengatakan hal itu kalau kamu memang nggak melakukannya." Balas si Satako :v tambah banjir air mata.

Post a Comment

0 Comments